Entah sama dengan kota besar lain atau tidak, Jogja juga punya kehidupannya yang sebagian nonstop, pagi siang sore malam. Jika cuaca memungkinkan, maka kehidupan malam di Jogja khususnya pada akhir minggu (weekend) akan menyisakan kesan lucu di jalan-jalan Hari Minggu Pagi. Bukan lagi rahasia, bahwa Minggu pagi di Jogja cenderung lebih sepi daripada pagi-pagi hari sebelumnya.
Boleh dikatakan, jika kita ingin mengamati dan membandingkan situasi lalu litas jalan-jalan protokol di Jogja, minggu pagi akan nampak sangat lengang, juga bebas polusi hingga menjelang tengah hari.
Ya, dinamika kehidupan malam Jogja juga menjadi refleksi kota-kota lain yang aktif dengan segelut aktifitas masyarakatnya pada malam hari. Entah itu bekerja, menghabiskan akhir minggu bersama keluarga setelah bekerja, atau menghabiskan gaya hedon dengan berkumpul di klab malam atau tempat nongkrong lainnya. Aktifitas malam hingga pagi yang banyak dilakoni inilah yang membuat nuansa Minggu pagi di Kota Jogja nampak lengang, terutama pada jam-jam matahari terbit.
Tubuh lelah, stamina terkuras, rasa ngantuk hebat, atau pengaruh alkolol bagi sebagian orang memaksanya untuk menyerah pada tidur lelap di dalam kamar tertutup atau bahkan pelataran gedung sisa tempat nongkrong.
Ada beberapa tulisan yang membahas sisi terang masyarakat Jogja yang bangun pada pukul 03:00 pagi demi memulai pencarian nafkah sebagai pemulung, tukang becak, atau sopir bus. Ini satu sisi mata koin, yang sisi lainnya berisi hal-hal kontras sosial yang mungkin selalu ada di setiap kota dengan gaya hedon feodal.
Di Jogja, akhir Minggu adalah waktu bagai keluarga untuk membangkitkan semangat kebersamaan dalam olahraga, acara berburu kuliner, atau liburan ke taman satwa. Sayangnya, bagi muda-mudi dan sebagian individu-individu yang terlanjur tenggelam dalam adiksi dunia malam, kesempatan untuk menjadi produktif di hari Minggu sangat susah didapat karena terkungkung sebagai orang yang berhak atas waktu istirahat penuh setelah semalam suntuk memuaskan tubuh dan pikiran.
Hingga akhirnya, keramaian kembali sayup merangkak menjelang pergantian paruh hari saat matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Orang-orang mulai bagun kembali dari tidurnya, menyasar tempat-tempat ngulik baru dengan harapan mendapatkan asupan makanan baru setelah toksin-toksin sisa malam Minggu keluar. Ini sekaligus persiapan untuk hari kerja, Senin yang baru.
Karena itu, sebagian berpendapat bahwa di Jogja, pagi Minggu dimulai pada siang hari. Benar atau tidak, Anda yang menilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H