BUKU PUTIH
Sorotan terarah ke gedung KPK. Enam lantai dengan sinar matahari barat menerpanya miring. Bunyi deru lalu lintas dari kejauhan.
1.INT. LOBI – SORE – LUKMAN, DEPUTI, ORANG GILA
Lukman, paruh baya dengan setelan rapi tanpa jas ataupun dasi. Lengannya kemejanya tergulung sampai ke siku. Di belakangnya, deputi dan seorang sekretaris sigap mengikuti. Kepatuhan yang wajar.
DEPUTI
Kita tidak bisa merahasiakan ini selamanya, Pak.
LUKMAN
Iya,saya mengerti. Tapi untuk saat ini tolong dirahasiakan dulu. (siap menelepon)
Pintu utama yang tak pernah tertutup masih sesak, namun orang-orang nampak menyingkir karena seseorang berpakaian lusuh dan tak terawat masuk tanpa alas kaki. Langkahnya terhuyung. Bibirnya basah karena air liurnya seperti meleleh. Beberapa kali memegang pecinya.
Orang gila menabrak dan menyergap lengan Lukman. Berhenti di situ. Matanya tajam, kalimatnya teratur.
ORANG GILA
Ada harta berharga di bawah gedung ini. Sebuah rahasia!
Lukman menatap heran. Telepon tak lagi menempel di telinganya. Ia lalu menatap dua pengawalnya bergantian, melihat sekeliling. Orang-orang sama herannya.
DEPUTI
Hati-hati, Pak. Mohon kasih jalan.
ORANG GILA
Kelak, akan terbongkar rahasia penting yang membuat gedung ini diperebutkan banyak orang. Anda ketua KPK. Waspadalah!
Dua petugas menyergap orang gila itu. Terseret mundur keluar, ia mengeluarkan teriakan berkali-kali. Meracau tentang rahasia, bawah tanah, dan ketua yang baru. Orang-orang heran dan berlalu.
2.INT. KABIN BELAKANG MOBIL – SORE - LUKMAN, DEPUTI
Pintu tertutup nyaris bersamaan. Lukman memastikan bawaannya lengkap. Sementara deputinya memeriksa keamanan standar. Jendela digedor-gedor dari luar. Kamera menempel di kaca. Mulut bergerak-gerak tapi tak terdengar apapun selain bunyi udara keluar dari lubang pendingin.
LUKMAN
Apa-apaan tadi itu?
DEPUTI
Hanya orang gila, Pak. Tidak perlu dipikirkan.
LUKMAN
Dia menyebut-nyebut soal rahasia.
DEPUTI
(Berdeham, tersenyum)
LUKMAN
Apa maksudnya itu?
DEPUTI