[caption id="attachment_134351" align="aligncenter" width="630" caption="Ilustrasi Contoh: Kota Yogyakarta (jhonzee.deviantart.com)"][/caption] Wisata kota sendiri saat ini jarang dilakukan. Kalaupun ada, mesti dikonsep secara sempurna untuk acara khusus atau dilakukan dengan bantuan jasa agen perjalanan kota. Tempatnya pun lebih identik dengan kawasan-kawasan "kota tua" atau tempat-tempat wisata yang paling ramai dikunjungi. Akan tetapi, bagaimana menyiasati keinginan berwisata tanpa harus memiliki konsep yang rumit dan mahal? Bagaimana jika kota sendiri dianggap "tidak memiliki hal menarik" sebagai tujuan wisata? Saya senang mengakui diri sebagai seorang pedestrian/pejalan kaki. Di samping karena realitas nasib membawa saya pada hobi ini, dengan berjalan kaki saya mendapatkan pengalaman wisata yang saat ini sudah jarang dialami kebanyakan orang Indonesia. Menjelajahi kota sambil mengamati hal-hal fisik yang jarang dilirik orang lain menjadi kemenangan tersendiri bagi saya setiap kali berwisata sederhana di kota sekadar menyeimbangkan suasana hati. Kali ini saya akan senang sekali berbagi beberapa pengalaman menarik dan petunjuk teknis versi saya tentang "bagaimana menikmati wisata di kota sendiri". Hal terpenting yang perlu disiapkan untuk melakukan wisata sederhana adalah perencanaan dan preferensi pribadi. Bagi sebagian orang, berjalan kaki akan melelahkan. Tentu saja kalau berlebihan dan tidak disesuaikan dengan kondisi fisik. Akan tetapi pada umumnya, wisata kota dengan berjalan kaki akan lebih menyenangkan dan menimbulkan efek khusus yang menguatkan kesan kedekatan mental kita dengan detil-detil kota. Pertama, usahakan menumpang kendaraan umum. Untuk berangkat dari tempat tinggal menuju kawasan wisata yang dituju, ada baiknya mengupayakan menumpang kendaraan umum. Tarif standar yang murah akan memberi kesan tersendiri selain menikmati lika-liku jalan kota. Bagi beberapa kota besar seperti Yogyakarta yang menjadi sampel tulisan ini, dinamika pembangunan fisik terjadi begitu cepat. Satu kawasan bisa berubah penampilan hanya dalam hitungan minggu bahkan hari. Menikmati pemandangan perubahan kota dari kendaraan umum akan membangun imajinasi kita tentang hidup progresif. Kedua, manfaatkan kawasan pedestrian. Kawasan pedestrian atau khusus pejalan kaki (pada beberapa kota sering disebut citywalk) akan sangat membantu kita untuk menjelajah. Lebih nyaman lagi karena pedestrian seringkali dinaungi pohon-pohon teduh dan terhubung langsung ke taman kota. Jika terhalang oleh lapak-lapak pedagang kaki lima ataupun kendaraan yang parkir sembarangan, usahakan mencari celah untuk bisa kembali berjalan di atasnya. Hal ini penting demi keamanan. Perhatikan rambu-rambu lalu lintas, keadaan jalan, dan tanda-tanda khusus di persimpangan. Di Yogyakarta dan beberapa kota yang mengandalkan citywalk, sudah dipasang rambu-rambu khusus pejalan kaki. Menyeberanglah di atas zebra cross untuk memudahkan petugas lalu lintas membantu jika Anda mengalami kesulitan. Ketiga, pilihlah kendaraan lamban. Jika tak sanggup berjalan kaki dan harus berkendara sendiri, pilihlah jenis kendaraan yang kecepatannya rendah, semisal sepeda atau becak. Menggunakan kendaraan pribadi bermesin tidak saya anjurkan, karena pandangan harus terfokus pada lalu lintas dan peraturan kompleksnya di atas jalan. Dengan sepeda yang di sebagian kota sudah disediakan jalur khusus, kita bisa lebih santai namun tetap bertanggung jawab atas kenyamanan pengguna jalan lain. Keempat, coba kawasan baru. Wisata tidak akan seseru itu jika mengunjungi tempat-tempat yang sama secara rutin. Cobalah tempat-tempat baru. Jelajahi jalan-jalan kota yang belum pernah dilalui, dengan begitu akan ketemu orang-orang baru, dan kondisi sosial yang berbeda. Tak masalah mengunjungi tempat-tempat "pinggiran" untuk mendapatkan pengalaman pembanding sebelum atau setelah mendatangi tempat-tempat modern dan megah. Wisata tidak harus identik dengan kawasan bersejarah, taman rekreasi, atau kebun binatang. Anda bisa berjalan di atas jembatan sambil melihat aktivitas warga di sepanjang sungai, atau memotret tukang becak yang sedang asik membaca koran. Kelima, amati lalu lintas. Dengan berwisata kota, sesungguhnya ada manfaat khusus yang bisa dimanfaatkan, yaitu bisa mengamati kondisi lalu lintas jalan, terutama jalan-jalan yang jarang dilewati. Perhatikan kondisi jalan dan lalu lintasnya ketika berwisata. Hal ini dapat membantu Anda menyusun rencana perjalanan rutin ataupun nonrutin ketika hari-hari kerja. Seringkali terjadi perubahan arus jalan ataupun rambu, bisa menjadi referensi baru bagi aktivitas padat keesokan harinya. Keenam, bawalah bekal. Akan lebih baik jika Anda menikmati aneka kuliner di dalam perjalanan atau saat di tempat wisata kota. Tetapi, tidak ada salahnya membawa bekal seadanya seperti air mineral kemasan botol dan sedikit pemanis lidah. Ini membantu menjaga stamina dan kestabilan pikiran. Ketujuh, sistem korlap. Jika Anda berwisata kota secara rombongan, maka baiknya tentukan koordinator lapangan sebelum berangkat. Dengan satu pusat informasi sekaligus koordinasi, Anda lebih mudah mengefisienkan waktu perjalanan sambil tetap efektif menjalankan perjalanan wisata sederhana yang menyenangkan. Selain perencanaan dan pelaksanaan, korlap juga berfungsi sebagai instrumen pengambilan keputusan jika sewaktu-waktu terjadi kejadian yang di luar rencana. Kedelapan, pastikan selalu tersenyum. Jangan khawatir disangka "orang gila" jika senantiasa bisa tersenyum. Jika melakukan perjalanan wisata kota dengan berjalan kaki ataupun bersepeda, usahakan sering-sering mengembangkan senyum. Akan sangat berguna bagi Anda untuk menenangkan pikiran, mengarahkan pandangan untuk mengagumi pemandangan-pemandangan baru, dan mendekatkan dengan masyarakat sekitar yang dilalui. Hal ini saya pelajari dari sikap banyak wisatawan mancanegera yang sering dijumpai berjalan kaki di kota dengan senyum terkembang. Nampak manis sekali :) Selebihnya, beberapa teknik bisa Anda kembangkan sendiri sesuai preferensi tujuan wisata yang ingin dialami. Semisal, bagi Anda yang senang menulis, akan sangat baik membawa buku kecil dan alat tulis yang bisa dikeluarkan sewaktu-waktu. Dan tentunya, kamera saku jika ada. Saat ini menikmati kota sendiri jarang dilakukan orang-orang. Tapi jika tahu cara menikmatinya, saya yakin berwisata secara efisien, tepatguna, penuh pengalaman baru, dan tingkat kepuasan yang sama akan tetap menjadi pilihan baik bagi Anda. Selamat berwisata. Tulisan-tulisan WISATA terkait: Cyber-Tourism, Seperti Apa?, Wisata “Masangin” Yogya Menerobos Beringin dengan Mata Tertutup oleh Edi Kusumawati, Danau Toba dengan Segenap Keindahannya oleh Uli Elysabet Pardede, Uji Nyali di Terowongan Benteng Pendem, Cilacap dan Bertemunya Dua Hati di Pantai Baron Yogyakarta oleh Lakeisha, ‘Floating Cottage’ di Pulau Anyer: Deburan Ombak Merupakan Sebuah Musik yang Menyenangkan…. oleh Christie Damayanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H