Dikenalnya Indonesia sebagai negeri sering terjadi bencana memunculkan gagasan cetak biru kesiap-siagaan nasional dalam memitigasi, mengantisipasi, dan menangani bencana.
Untuk memantapkan cetak biru kesiap-siagaan secara kolektif menghadapi bencana sekaligus menetapkan standar tindakan dan kualifikasi tenaga perbantuan bencana, Ikatan Ahli Bencana Indonesia menggagas program sertifikasi bagi para ahli dan tenaga khusus kebencanaan.
“Masa sebelum dan sekitar tahun 1970-an, negeri kita berbekal belas kasih setiap kali terjadi bencana. Di mana ada bencana, bangsa berbondong-bondong berbelas kasihan. Kemudian berlanjut ke fase kebutuhan, kemudian teknis. Kini, respon terhadap bencana kita sudah harus lebih teratur dan terstandar, termasuk ahli-ahli dan tenaga-tenaga siaga bencananya,” ujar Sugimin Pranoto, Ketua Lembaga Studi dan Pengembangan Penanggulangan Bencana (LSP PB) dalam rapat Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa (26/5/2015.
Belajar dari kejadian-kejadian bencana di Indonesia sejak tsunami Aceh hingga beberapa bencana beberapa tahun terakhir, Ikatan Ahli Bencana menyadari besarnya minat masyarakat untuk bergabung sebagai tenaga atau setidak-tidaknya petugas relawan kebencanaan. Ini adalah atmosfer bagus dalam penyiapan rencana jangka panjang kebencanaan Indonesia, termasuk kesiapan sumber daya manusia dan tenaga ahlinya.
Lebih lanjut menurut Sugimin, pertimbangan sertifikasi tenaga dan ahli bencana dalam penerapannya tidak akan bertumpu pada jenis jurusan atau ada-tidaknya ijazah perguruan tinggi para calon. “Yang dibutuhkan adalah mereka yang memahami latar belakang, kondisi medan, dan tindakan teknis-analisis dalam mitigasi serta penanganan bencana. Siapa saja yang mampu mengambil tanggung jawab dan selama ini ikut mengawal kegiatan kebencanaan, mereka berhak disertifikasi.”
Terkait dengan kekhawatiran beberapa kalangan dari kelompok sosial, yang mengeluhkan minimnya informasi atau panduan teknis kebencanaan, Sugimin menjanjikan konsep integrasi informasi yang lebih baik. “Kami akan siapkan informasinya juga, karena memang selama ini banyak relawan yang terlibat bencana hanya dibekali pengetahuan tanggap bencana. Tetapi soal persiapan kompleks, mitigasi, penanganan sosial, sampai rehabilitasi, akan kami siapkan juga. Mudah-mudahan prosesnya berjalan cepat.”
Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan kali ini memasuki tahun kedua, setelah pada tahun lalu diadakan di Surabaya. Selain rapat pleno dan presentasi gagasan kebencanaan, acara yang berlangsung hingga 28 Mei mendatang ini meliputi seminar publik, evaluasi cetak biru kebencanaan nasional, pameran teknologi kebencanaan oleh peneliti-peneliti muda, serta musyawarah nasional ikatan ahli kebencanaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H