[caption id="attachment_241982" align="alignnone" width="610" caption="Akun Paus Benediktus XVI telah lenyap. Kini diganti dengan @Pontifex dalam belasan bahasa, sebagai penanda kekosongan Tahta Suci. (Twitter)"][/caption] Asap hitam telah keluar dari cerobong Kapel Sistina pukul 19.45 waktu Roma atau 01.45 WIB, Rabu. Ini menandakan hingga hari pertama Konklaf belum ada kesepakatan yang memenuhi 2/3 kuorum untuk memilih satu nama sebagai Paus. Sesuai tradisi, hari pertama hanya akan ada 1 putaran pemilihan. Hari kedua 4 putaran dan berikutnya bervariasi sesuai perkembangan kuorum. Sebanyak 115 kardinal dari seluruh dunia berkumpul di bawah fresko Michaelangelo untuk ritus terkuno yang bertahan dan paling ditunggu-tunggu dunia dalam sejarah Gereja Katolik. Konklaf atau Conclave (Inggris-Roma-Spanyol) adalah situasi sakral di mana para kardinal diberi mandat spiritual khusus untuk memilih pemimpin baru umat Katolik. Istilah ini berasal dari bahasa asli latin cum-clave yang berarti "dengan kunci". Para kardinal hari ini tetap memelihara tiap ritus --dari prosesi Misa dan doa hingga tulisan yang tertera di kertas suara pemilihan-- dan juga meninggalkan sejenak kemewahan mereka yang sudah akrab dengan teknologi. Dewan rapat ini dipimpin oleh Dekan Kekardinalan Vatikan Angelo Sodano hingga prosesi selesai dan terlontar seruan "Habemus Papam!" -Kita telah memiliki Paus! Tidak akan ada sambungan dari dan ke dalam Kapel Sistina sampai Paus baru terpilih. Selama konklaf, ponsel dan radio-televisi tidak diperbolehkan untuk kardinal. Semua hal yang jadi kegemaran baru para kardinal, termasuk Twitter, "dilenyapkan" untuk sementara waktu. Begitu semua kardinal telah berada di dalam kapel untuk memulai, puntu ditutup dan digembok dengan kalimat seruan kuno: extra omnes! "Semua (selain para kardinal) keluar!". Para staf (termasuk petugas kebersihan, juru masak dan kesehatan) di bawah atap kapel dan Basilika pun mengikuti ritus singkat oath of secrecy. Sumpah demi Tuhan, hidup dan mati mereka untuk merahasiakan semua informasi yang bergulir di dalam tembok Vatikan selama Konklaf berlangsung. Paus Benediktus ke-16 mengundurkan diri pada 28 Februari 2013 lalu, yang memulai masa sede vacante, waktu kekosongan tahta suci. Dalam aturan acara gereja Roma yang dimulai sejak 1295 dengan ditandai dengan Code of Canon Law di masa Paus Bonifasis VIII, lama waktu "waktu interim antara dua kepausan" ini adalah 17 hari. Pemilihan Paus baru harus dilaksanakan sesegera mungkin 15 hari, dan selambat-lambatnya 20 hari setelah Paus mundur atau meninggal dunia. Saat Paus Johanes Paulus II meninggal dunia pada 2005, waktu sede vacante persis selama 20 hari hingga akhirnya Joseph Aloisius Ratzinger dari Jerman mengenakan mahkota Tiara Tiga Kepausan. Saat ini, karena tahta kepausan kosong karena Paus Emeritus Benedictus XVI mundur, para pakar memperkirakan waktu sede vacante akan sedikit lebih lama. Era Twitter Menarik untuk mengikuti prosesi ritus di Gereja Katolik Vatikan di era modern. Saat Twitter dan semua media sosial mulai menembus dinding-dinding kapel dan Basilika, setiap prosesi tidak lagi menjadi gerakan kuno yang serba tertutup dan rahasia. Konklaf mungkin jadi satu dari tinggal sedikit prosesi di Basilika Santo Petrus yang benar-benar dirahasiakan dari pihak manapun. Soal arsitekrur Gereja Santo Petrus bahkan ruangan makam Paus terdahulu pernah ditayangkan program dokumenter Cities Underworld buatan BBC. Bahkan skandal-skandal yang menggerogoti gereja tertua itu sudah menyebar ke banyak dokumen media dalam bentuk gambar dan video. Untuk Konklaf Gereja tidak mengadakan pengecualian. Selain mengasingkan para kardinal dari gadget, pengamanan ekstra dibuat di dalam kapel. Alat pengacak sinyal konon sengaja dipasang agar tidak ada lagi kecurangan atau pembocoran yang terjadi dari dalam ruang pemilihan Paus. Jika ada kardinal yang ketahuan membocorkan rahasia, maka yang bersangkutan akan dikucilkan. Akun resmi Paus Benediktus XVI di Twitter kini telah ditutup, dan berganti dengan akun Sede Vacante dengan nama @Pontifex (kuning dengan logo conclave). Pihak Twitter menghormati proses ini dan langsung meluncurkan status Terverifikasi untuk Pontifex dalam belasan versi bahasa. Sebagai catatan, Paus Benedictus XVI merupakan Paus pertama yang memiliki akun Twitter resmi, dan telah memublikasikan puluhan kicauan dengan tangannya sendiri pada 12 Desember lalu, hanya 2 bulan sebelum akhirnya meletakkan jabatan. Era Twitter membuka cakrawala spiritualitas Gereja Roma, memberi keleluasaan lebih kepada para pendidik dan pekerjanya untuk mengayomi umat. Kemarin, saat akhirnya pintu Konklaf ditutup, beberapa kardinal sempat menayangkan tweet mereka. Bahkan, kardinal Sean Patrick O'Malley dari Amerika Serikat yang merupakan salah satu dari sepuluh kandidat kuat Paus berkicau bahwa Boston (tanah kelahirannya) dan Twitter akan jadi dua hal yang paling ia rindukan selama Konklaf. Masyarakat dunia pun tak lagi hanya mengandalkan 700-an jurnalis yang bertanggung jawab atas siaran langsung televisi pemilihan Paus. Twitter adalah sungai informasi yang meluap setiap detiknya. Menghubungkan para kardinal dan umatnya, para pastur dengan pengikutnya. Bursa taruhan yang mengunggulkan satu nama sebagai bakal pemenang Paus pun telah ramai melakukan survey dari tanggapan publik Twitter terhadap ikon-ikon Katolik yang telah mengabdi di Gereja Vatikan. Ada setengah dari populasi Kristen yang dipimpin oleh satu tokoh agung. Pakar Kepausan dan Vatikan John L. Allen Jr. mengatakan bahwa saat ini sebanyak 75% umat Katolik tersebar di belahan dunia selatan, Afrika dan Amerika Selatan. Perkembangan gereja Roma terjadi sedemikian rupa sehingga membuka wawasan dan pintu-pintu diskusi antar-agama. Media sosial kemudian masuk sebagai selang-selang baru di mana diskusi bisa terjadi setiap saat dan melibatkan lebih banyak orang. Tidak mengherankan jika di Twitter, jika Anda memasukkan kata kunci "conclave", "sede vacante", atau "habemus papam" dan "newpope", maka akan terlihat akun-akun tersebut tidak hanya yang beragama katolik. Gambar-gambar kardinal dimuat tidak hanya oleh para pastur atau uskup dari dalam lingkup Katolik. Bahkan di beberapa akun ada yang sengaja mengakui dirinya bukan katolik namun tertarik mengikuti prosesi Konklaf, dan ada yang bercanda bahwa bagaimana Konklaf sebaiknya disiarkan langsung saja lewat fasilitas streaming. Bahkan, saat ini ada akun @ConclaveChimney yang mengabarkan setiap pembaruan dari cerobong di atap Kapel Sistina. Jumlah followernya pada hari pertama Konklaf saja sudah mencapai 6.100. Gereja Vatikan bisa saja terganggu dengan rumor dan berita skandal yang melingkupi prosesi dan kehidupan "di balik benteng"-nya. Tapi respeksi masyarakat dunia terhadap ritus-ritus kuno yang menjadi janji perdamaian baru tetaplah kuat. Dan saat asap putih itu keluar dari ujung cerobong Kapel Sistina, umat Katolik dan agama lainnya bisa merasakan kelegaan yang sama. Dan hampir pasti, saat Paus melambaikan tangannya dari jendela Basilika Santo Petrus, trending topic Twitter akan menulis Habemus Papam!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI