Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi-puisi Tiang Tengah

13 Oktober 2012   02:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:53 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

*

Tiang Tengah

Piring seng berisi air dan kue gula kepala,

… disorong dengan rapal-rapal doa.

Katanya ini gestur menolak bala.

*

Tiang tengah menyambut dengan kakinya.

Dikira mengiyakan padahal diam saja.

Anak-anak memicing, karena asap di atas dupa.

**

Kain Putih

Kain putih penyimpan pahala.

Itu kata orang tua.

Dari kulit khitan sampai rambut bulu.

Semua dilipat dan diselip di atas pintu.

Anak-anak bertanya saat orang tua malah memandu.

**

Badik

Benda besi dianggap penjaga.

Badik.

Tak terhunus tapi selalu dibawa.

Anak-anak bertanya, untuk apa badik.

Orang tua tersenyum dan diam saja.

**

Tiang tengah, kain putih dan badik hanya sedikit dari sekian banyak gelar adat tradisi mistisisme masyarakat Sulawesi Selatan.

Berasal dari zaman sebelum Kerajaan Gowa-Tallo dan Bone, hingga kini praksis itu masih dilakukan, meski nilai dan alasannya tak sekuat dulu.

*Ilustrasi merupakan foto pribadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun