[caption id="attachment_203854" align="aligncenter" width="600" caption="Mahathir Mohamad berbicara dalam orasi ilmiahnya bertajuk "Perdamaian Dunia dan Mengkriminalkan Perang" di sportarium UMY, Selasa (4/9/2012). - Afandi Sido"][/caption]
YOGYAKARTA – Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengajak segenap akademisi dan penggiat demokrasi untuk mengkriminalkan perang. Menurutnya, tidak ada pihak yang boleh mengklaim upaya perdamaian melalui invasi bersenjata.
Hal itu dikemukakan Mahathir dalam orasi ilmiahnya bertajuk “Perdamaian Dunia dan Mengkriminalkan Perang: Suatu Inisiasi Regional” yang diselenggarakan di gedung sportarium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (4/9/2012).
Dalam orasinya yang berlangsung selama sekitar 45 menit, Mahathir yang membawa bendera Yayasan Perdamaian Global Perdana (PGPF) menekankan, bahwa tidak mungkin membunuh satu orang dikenai hukuman serius sementara menghilangkan nyawa ribuan orang melalui perang tidak. “Dunia kita saat ini menghadapi masalah yang tidak hanya soal perang. Tapi perang yang ada sampai sekarang ini menegaskan ketiadaan perdamaian, regional, maupun global,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, struktur sosial masa kini membawa manusia pada fase split-personality, atau kepribadian yang terpecah. Seseorang bisa saja memandang pembunuhan sebagai sesuatu yang dahsyat, sementara di sisi lain ia membiarkan atau menerima alasan-alasan untuk berperang.
“Ini adalah bagian dari kecacatan kita,” tegas Mahathir menyampaikan.
Pandangan menariknya muncul saat salah seorang mahasiswa menanyakan apakah tetap dibutuhkan peralatan militer jika kita mendeklarasikan antiperang. Mahathir menjawab, “Tentu militer tetap diperlukan sebagai alat pertahanan, tetapi bukan untuk menyerang. Ada beberapa negara di belahan dunia ini yang memiliki persediaan senjata dan tentara yang sangat kuat. Kita akan ajak supaya mereka bisa mengerti ide dan tujuan dari kampanye antiperang ini.” Mahathir lalu mengambil contoh negara Jepang yang sejak perang dunia berakhir tetap melengkapi persediaan alat pertahanan mereka, tapi sudah menyatakan diri sebagai negara antiperang.
Soal Rohingya dan Indonesia
Mahathir punya pandangan tersendiri terhadap konflik yang melanda warga muslim Rohingya di Myanmar. Dalam konferensi pers usai orasi ilmiah, orang yang pernah memimpin Malaysia selama 22 tahun dari 1981 hingga 2003 ini mengakui ASEAN bertanggung jawab atas terjadinya kekerasan di beberapa negara anggotanya. “Isu Myanmar ini kita sudah pelajari sejak dulu,” Mahathir menjelaskan. “Oleh karena itu kita ajak Myanmar bergabung dengan ASEAN, supaya isu-isu konflik horizontal ini bisa kita akomodasi bersama dalam tujuan perdamaian regional. Dan sekarang kita terus upayakan advokasi.”
Mahathir menegaskan pula bahwa inisiasi untuk membawa isu muslim Rohingya ke mahkamah PBB tetap jadi pilihan yang tepat. “Dalan konflik, akan selalu ada pihak yang menang dan kalah. Dan jika diperlukan, jalan arbitrase bisa dijadikan solusi,” imbuhnya.
Saat dimintai pandangannya terkait konflik sosial yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, Mahathir tersenyum. Menurutnya, akan selalu ada konflik di bagian dunia manapun, termasuk Indonesia. “Bahkan antara suami dan istri pun akan selalu ada konflik,” candanya disambut gelak tawa dari awak media. Ia mengingatkan pula sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan yang akhirnya melalui mahkamah internasional memenangkan Malaysia atas Indonesia.
“Utamakan jalan-jalan perdamaian untuk menyelesaikan konflik, jauhkan tentara ataupun senjata. Kita, baik Malaysia maupun Indonesia, termasuk negara-negara demokrasi baru. Kita akan menghadapi masalah dalam perjalanannya. Tapi saya yakin kita semua sedang mengupayakan yang terbaik saat ini.”
Selain orasi ilmiah oleh Tun Dr. Mahathir Mohamad, gelaran kampanye antiperang ini juga dimeriahkan dengan eksibisi "War is Crime" yang menampilkan dokumentasi perang sejak 1919 (perang dunia I) sampai perang Irak 2003.
[caption id="attachment_203855" align="aligncenter" width="600" caption="Mahathir Mohamad melayani pertanyaan dalam jumpa pers usai orasi ilmiahnya di sportarium UMY (4/9/2012). - Afandi Sido"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H