Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Ngekos" dan Gaya Hidup Sehat: Cerita dari Jogja

2 April 2012   03:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:08 2026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13333368471907244866

Mengapa Kali Code? Bencana banjir lahar dingin yang merupakan perpanjangan dari Erupsi Gunung Merapi pada akhir 2010 lalu sempat mengkhawatirkan penduduk di kawasan ini. Hingga akhirnya, pemerintah pusat bekerja sama dengan BNPB dan pemerintah kota melakukan tindakan pemulihan serta mitigasi khusus yang masih berlangsung hingga sekarang. Jika Anda berkunjung ke kawasan Kali Code kota Yogyakarta sekarang, Anda bisa temukan susunan bronjong (susunan batu yang dibungkus keranjang kawat) di membentuk tanggul penahan luapan air di sepanjang hampir lima kilometer dari hulu ke hilir sungai. Pasca-banjir lahar dingin yang terjadi di sepanjang tahun 2011, hari ini Kali Code relatif aman, juga cukup bersih.  Beberapa rumah bahkan dihiasi pot-pot bunga yang ditata sederhana namun asri.

Awalnya saya tak membayangkan Kali Code sebagai perkampungan bantaran sungai. Gambaran kampung bantaran sungai di Jakarta yang sering saya pantau melalui media-media sungguh berbeda dengan yang saya jumpai di Kali Code. Rupa-rupanya, perkampungan Kali Code telah berbenah. Nampak lebih bersih dan sehat, meski padat. Struktur bangunan rumah yang menempatkan ruang tamu (bagian depan rumah) langsung berhadapan dengan bibir sungai mengurangi risiko pencemaran air. Berbeda jika bagian dapur atau belakang rumah yang menghadap bibir sungai, seperti yang banyak dijumpai di Jakarta. Dengan penataan semacam ini, risiko buangan limbah tidak akan berdampak buruk pada aliran sungai. Sistem penataan pemukiman ini juga yang disarankan Sultan Hamengkubuwono X kepada pemerintah Sleman, Januari lalu.

Fakta lain adalah, beberapa rumah yang ada di bantaran sungai itu juga adalah kos, disewakan untuk mahasiswa dan karyawan. Meski kampung bantaran sungai, perkampungan Code bisa merawat dirinya hingga kelihatan sehat. Nyaris tak ada air tergenang di jalan-jalan kampung. Tidak mengherankan jika Pemerintah Kota Yogyakarta berani mempertaruhkan integritasnya dengan menjadikan Kawasan Perkampungan Kali Code sebagai salah satu titik pariwisata yang menjual di DIY.

Inisiatif

Sebagai anak kos, saya mengerti betul bahwa masyarakat yang bisa terlibat dalam perbaikan gaya hidup khususnya kesehatan memerlukan inisiatif untuk maju. Proses alami yang terjadi di sebagian  besar masyarakat Jogja tentang bagaimana menjaga kesehatan lingkungan sebetulnya sudah cukup mengajarkan secara praktis kepada warga pendatang, tentang bagaimana gaya hidup sehat itu seharusnya dimulai.

Bangun pagi sebelum matahari terbit, Biasakan berjalan kaki di sekitar kampung, dan menjaga kebersihan halaman adalah bentuk-bentuk sederhana yang bisa diterapkan siapa saja. Ini sudah ada sejak dulu sebagai bagian dari pembentukan masyarakat Jawa. Gaya hidup tidak bisa dipisahkan dari tradisi dan budaya, dan anak-anak kos juga bisa mempelajarinya dari hal-hal paling sederhana. Menjadi anak kos yang melebur baik dengan kebiasaan-kebiasaan masyarakat sekitar tidaklah sulit, asalkan kita mau melihat lebih dekat bagaimana masyarakat sekitar menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan.

Tak masalah membuat jadwal kebersihan kos atau asrama. Langkah awal bisa dengan jadwal membersihkan bagian dalam dan luar kamar tiga kali sehari. Membersihkan aliran air pembuangan dua minggu sekali, dan berjalan kaki setiap hari di sekitar kampung. Tak lupa pula berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bersih kampung yang sering diadakan masyarakat setempat.

Sampai saat ini pun, Mbah Wiji menunjukkan itu. Usianya sudah lebih dari 80 tahun, namun ia masih berangkat ke pasar setiap pukul 06.00 pagi dan membersihkan halaman rumahnya satu jam kemudian. Ia juga masih setia dengan sepeda onthel tunggangannya sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun