Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Setia pada Sumber-sumber Inspirasi

23 Juni 2011   04:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="849" caption="Ilustrasi/peacetogetherjournal.com"][/caption] Halo, selamat siang kawan-kawan. Sebelum kita mulai ngomongin inspirasi dalam menulis, khususnya di rumah kita tercinta ini, yuk semua senyum dulu :) biar nanti bisa disadari bersama dan dibuktikan sama-sama. Nah, setelah dalam seminggu terakhir lapak petunjuk-petunjuk blog (blogshoptips) relatif sepi tulisan karena (mungkin) ada banyak kejutan oleh admin termasuk FREEZ, kali ini saya coba mengajak kawan-kawan untuk mengenali diri sendiri guna membangun efektivitas menulis. Tentu saja dalam hal ini saya berbicara sebagai kawan berlatih, bukan mentor atau apapun yang merentangkan hubungan vertikal. Saya lebih senang berbagi apa yang pernah saya alami, terlepas dari apapun yang sudah saya buktikan. Oke, yuk berbicara tentang "Bagaimana memanfaatkan sumber-sumber inspirasi agar menjadi instrumen utama mengalirnya ide-ide menulis" kita. Bagi saya pribadi, sangat penting meyakinkan dan melatih diri untuk setia pada sumber-sumber inspirasi. Maksudnya begini. Seringkali saya dan mungkin kawan-kawan juga mengalami kebuntuan ide --juga sudah sering dibahas di banyak tulisan kawan-kawan-- yang sejatinya menurut saya hanya karena kita tidak setia pada sumber-sumber inspirasi. Saya dan seseorang siapapun yang sudah bisa memuat tulisan pertamanya di Kompasiana, akan merasa tertantang dan "terbakar" untuk memuat tulisan-tulisan kedua, ketiga, dan selanjutnya. Ini berarti, bahkan pada tulisan pertamapun, seorang Kompasianer sudah punya sumber inspirasi, apapun bentuknya. Sumber inspirasi dalam menulis bisa bermacam-macam, tergantung kondisi fisik dan psikologis penulis. Bagi saya pribadi, biasanya sumber-sumber inspirasi adalah hal-hal yang paling dekat dengan keseharian, atau yang paling sering melintas di pikiran. Jadi, sampai sekarang pun saya masih setia dengan hal-hal sumber inspirasi itu. Contoh: Salah satu sumber inspirasi yang kuat bagi saya dan melahirkan ide-ide dari sebagian besar tulisan saya di Kompasiana adalah (jujur saja) kamar mandi dan segala alur prosesnya. Terdengar aneh memang, tapi begitulah adanya. Hampir setiap pagi saat di dalam kamar mandi untuk menunaikan berbagai hajat, saya tidak berhenti berpikir. Pikiran melayang-layang di antara rencana-rencana hari ini, atau pemikiran-pemikiran yang, bagi saya, bisa menjadi sebuah tulisan. Suatu hari di bulan Mei lalu, saat menyalakan keran air dan melihat alirannya yang hari ini deras, berbeda dengan kemarin yang alirannya lemah, menimbulkan ide bahwa tidak ada salahnya menjadi orang bersemangat di hari ini, dan "loyo" pada hari kemarin. Dan, saat itu juga saya berpikir tentang nikmatnya menikmati rejeki air mengalir jernih di setiap pagi ketika tubuh saya butuh disiram, tidak seperti kesulitan yang dialami teman-teman di NTB atau Gunungkidul yang tidak setiap pagi bisa melihat air mengalir jernih dari keran. Dari pengalaman itulah, tulisan saya berjudul "Negara Kaya Air yang Terancam Krisis Air" termuat di Kompasiana siang harinya. Hal serupa pun terjadi pada serangkai tulisan saya di kolom fiksi. Sebelumnya belum pernah saya terangkan secara gamblang bahwa empat episode "Pesan-pesan dari Perbatasan" tercuat dari sebuah ide yang muncul saat saya sedang asik mandi di kost. Sore sehari sebelum episode pertama PPP termuat di Kompasiana, saya menghadiri acara Roadiscussion tim Keana Production bekerjasama dengan Kompasiana. Dari informasi lomba yang saya peroleh di acara tersebut, saya sudah langsung berniat ikut serta, meski bentuk tulisannya belum terpikirkan. Hingga akhirnya, saya membuatkan ide membuat cerita persahabatan dua pemuda yang bergelut dengan kerasnya dilema sebuah desa di perbatasan RI-Malaysia. Dan alhamdulillah, empat seri tulisan PPP saya tersebut mendapat apresiasi yang baik dari kawan-kawan sesama penulis dan tim penilai. Contoh yang saya paparkan berdasarkan pengalaman pribadi di atas menjadikan saya semakin yakin bahwa ketika seorang penulis setia mengeksplorasi ide-idenya di tempat-tempat favorit di mana idenya selalu muncul, maka kontinuitas dan konsistensi menulisnya bisa terjaga, di samping kualitas karya-karyanya juga bisa terukur dengan baik. Saya yakin kawan-kawan Kompasianer punya tempat dan situasi tersendiri yang menjadi sumber inspirasi paling setia dan terbukti. Meja bermahkota monitor komputer di kantor, suara ombak di luar jendela kamar, shelter bus Transjakarta yang disinggahi setiap hari, kamar kost, di depan cermin, layar HP, sebuah tanaman di halaman rumah, kereta bayi, wajah pasangan berseri-seri, atau apapun yang paling akrab dengan jalannya pikiran yang melahirkan ide-ide tulisan, nikmati saja. Cobalah untuk setia dan terus menikmati tempat-tempat dan situasi sumber inspirasi itu. Perhatikan setiap bagiannya, lalu coba rentangkan makna. Akan ada sebuah momen ketika sana dan kawan-kawan merasakan getaran dan menyadari bahwa sumber-sumber inspirasi itulah teman setia di saat kita agak mulai kendor dalam semangat, kabur dalam ide, atau awang-awang dalam mood. Ohiya, ini juga penting; Jangan lupa untuk segera menuangkan semua ide dalam bentuk catatan-catatan kecil, supaya idenya terjaga. Lumayan juga buat latihan konsistensi memmperhatikan lingkungan sekitar dan terus mengalirkan ide-ide menjadi karya, bukan? Hmmm.... Kalau sudah begini, saya tidak mau berceloteh lebih panjang. Saya yakin kawna-kawan menangkap inti pesannya. Saya peribadi memperhatikan kualitas tulisan kawan-kawan di Kompasiana jauh lebih baik daripada waktu awal saya mendaftarkan diri. Semoga sedikit pengingat ini bisa mendorong kita ke arah yang lebih tinggi, dan menyatukan kita kembali dalam keberanian bermimpi, dan mengalirkan ide-ide menjadi kreasi. Oke, terima kasih ya sudah mampir di sini. Kawan-kawanku, selamat berkreasi. Senyum :)

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun