Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

24 Jam, 196 Dongeng, 1 Tujuan

25 April 2011   12:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:24 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (4.bp.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi (4.bp.blogspot.com)"][/caption] Tak mudah memang mengakui, apalagi mencari-cari kekurangan kita sebagai generasi penerus bangsa. Semakin seringnya kedaulatan bangsa kita digunjingkan miring oleh orang-orangnya sendiri, sejatinya adalah tamparan bagi kita yang sebelumnya (mungkin) belum berbuat apa-apa untuk menguatkannya. Di Kompasiana, setelah puluhan ribu anggota terdaftar, sebagian kecil di antaranya berhasil membuktikan seseuatu. Memang tidak serta-merta mengembalikan kedaulatan bangsa, tapi setidaknya membuka mata bahwa ada banyak hal yang perlu diperhatikan di sini. Kali ini, mereka memilih dongeng Nusantara sebagai bahan yang dibagikan dan diperhatikan. Parade Dongeng Anak Nusantara yang berlangsung resmi selama 24 jam dari tanggal 23 hingga 24 April 2011 pukul 20:00 WIB berhasil mempublikasikan sedikitnya 196 dongeng anak. Jumlah itu bisa saja masih kurang, jika kita membayangkan sebuah perubahan yang jauh lebih besar. Akan tetapi, kerja keras beberapa orang Kompasianer yang menjadi penggagas acara ini patut diapresiasi lebih. Tidak semua orang mampu memikirkan kelemahan bangsa, dan mengajak orang untuk merombak jalan keluarnya. Di tangan mereka, Indonesia melalui sebuah media sosial kembali dibangunkan untuk memperkuat mata rantai khazanah dongeng Nusantara yang hampir putus dalam dekade-dekade terakhir. Hal ini sekaligus menjadi peringatan bagi kita sebagai bangsa bahwa tidak seharusnya kita menjadi penguat kedaulatan bangsa hanya pada saat kekuatan itu mulai direcoki pihak asing. Latah, kalau istilah masa kininya. Kita sebenarnya bisa memulai penguatan kedaulatan bangsa kita dari melakukan hal-hal yang menjadi kesenangan kita, termasuk menulis di blog. Selama 24 jam itu, sungguh terasa keakraban yang jauh lebih hangat dari biasanya. Benar-benar nampak kepedulian dari sejumlah kawan yang aktif menulis, mengomentari, atau sekedar membaca. Ada juga yang lebih senang memberikan kritik pedas kepada perhelatan ini, itu wajar. Dinamika yang terbentuk selama satu hari dan satu malam ternyata membawa banyak kekuatan positif, terutama yang menunjukkan bahwa siapa kita sebenarnya, dan apa tujuan kita. Bicara tujuan, sejak awal tak pernah ada yang muluk-muluk. Bukan insentif, popularitas sesaat, apalagi pamer karya. Orang-orang yang terlibat di dalam kegiatan dongeng anak nusantara bukan "yang terpilih", akan tetapi "yang memilih". Ya, 180 orang lebih peserta acara ini memilih untuk terlibat dalam pelestarian dongeng anak Nusantara. Jadi kalau demikian, tidaklah menjadi eksklusif jika terlibat dalam kegiatan ini. Ini hanya masalah pilihan. Kita memilih untuk apa, dan mereka memilih untuk apa. Tentunya acara ini digariskan memiliki tindak lanjut. Apapun bentuknya, siapapun yang menyelenggarakan. Yang jelas, kebersamaan yang didapatkan di acara apapun di Kompasiana semakin membenarkan slogan frasa indah dengan font putih di atas itu: sharing, connecting. Semoga semua keceriaan ini menjadi awal yang baik bagi rangkaian kesuksesan yang digagas melalui indera, dirangkai melalui kata, dan dibagi melalui Kompasiana. Kita sudah semakin dekat dengan tujuan besar itu. Terima kasih semuanya. _______________ Yogyakarta, 25 April 2011 Afandi Sido

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun