Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Nature

Lusi Tidak Akan Berhenti Hingga Dua Dekade

1 Maret 2011   07:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:10 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Seorang peneliti menancapkan bendera Merah Putih di lahan semburan lumpur Lapindo Sidoarjo. (Fotokita.net, Nanto Prasetyo)"][/caption] Sebuah studi memaparkan fakta bahwa fenomena alam Lumpur Sidoarjo (Lusi) masih akan berlangsung hingga sekitar 2 dekade mendatang. Bahkan, studi lain berpendapat bahwa Lusi akan terus mengeluarkan lumpur bercampur gas hingga 87 tahun lamanya. Richard Davies, ahli Geologi dari Durham University, Inggris mengemukakan alasan sebagaimana ditulis National Geographic Indonesia, bahwa kalau semburan lumpur itu didorong oleh air yang mengalami tekanan dalam akuifer (lapisan kulit bumi berpori yang dapat menahan air) dalam materi tak kedap air di bawah lapisan batu yang kedap air. Pengeboran telah melobangi batu tak kedap air tersebut sehingga air menyembur dan membawa lumpur ke permukaan. Menggunakan skenario ini dengan mengombinasikannya dengan berbagai parameter, seperti volume lumpur yang dikeluarkan setelah 1 dan 3 tahun,  Davies dan timnya memperkirakan bahwa semburan masih akan berlangsung hingga setidaknya 26 tahun. Hasil penelitian Davies ini telah diterbitkan pada 24 Februari lalu dalam Journal of Geological Society. Peter Flemings, ahli dari University of Texas, Austin berfirasat bahwa penyadapan akuifer yang tak kedap air akan menghasilkan volume material sebanyak Lusi. "Penting untuk mengetahui ukuran akuifer. Menghitung dengan data terbatas akan menghasilkan sesuatu yang tidak jelas" katanya. Gawatnya, tanpa pemahaman yang jelas tentang fenomena ini membuat program penanggulangan --baik infrastruktur maupun sosial-- sulit dirancang. "Kita butuh data yang lebih banyak dan lebih baik." lanjut Fleming. Sementara itu, Humanitus, organisasi nonpemerintah dari Melbourne, Australia akan menggelar simposium di Surabaya pada bulan Mei 2011 mendatang. Simposium ini diharapkan mengumpulkan para ahli dan menghasilkan konsensus tentang studi yang harus dilakukan untuk mengetahui misteri di balik Lusi. Lusi mulai menyembur pada 29 Mei 2006. Semburan pertama terjadi sekitar 200 meter dari lokasi pengeboran gas yang dilakukan oleh perusahaan Lapindo Brantas. Lusi dipercaya telah mengeluarkan 144 juta meter kubik lumpur dan membuat 40.000 jiwa dari puluhan desa mengungsi. Sumber: Sciencemag.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun