Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebenarnya Ini Gemuruh Apa?

5 November 2010   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:50 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga Jumat sore ini (6/11) Merapi masih dalam aktifitas fluktuatif pasca dua letusan besar sepanjang hari ini yaitu pada pukul 00:30 dan pukul 12:30 WIB. Pengungsian juga sudah disebar di beberapa titik kota Sleman menyusul radius jarak aman yang ditetapkan sudah di luar 20 km dari puncak Merapi. Germuruh di langit gelap Jogja dan sekitarnya pun masih bersahut-sahutan membuat masyarakat susah untuk tenang. Beberapa warga di sekitar pengungsian Maguwoharjo cemas dan bertanya-tanya, apakah gemuruh yang terdengar dengan intensitas tinggi tersebut adalah gemuruh badai hujan air atau memang aktivitas gunung yang kembali naik.

Sebagaimana diketahui, sedikitnya 29 orang tewas pada erupsi Kamis tengah malam. Kebanyakan anggota keluarga korban tewas mengaku kewalahan menyelamatkan diri karena gemuruh datang tiba-tiba sedangkan sirene tidak terdengar. Akibatnya, korban terbanyak adalah di sekitar jarak aman <17 km dari puncak Merapi. "Gemuruh besar tengah malam tadi itu kami tidak tahu itu mau hujan atau Merapi, karena memang menjelang malam langit mendung." kata salah satu pengungsi di stadion Maguwoharjo.

Memang, PVMBG sudah merelokasi pengungsi ke jarak yang dikira aman. Namun, langit yang terus bergemuruh menimbulkan trauma intens bagi para korban dan warga sekitar. Hingga saat ini status warga masih tetap siaga 1, termasuk penanganan pengungsi dan persiapan tanggap darurat jika sewaktu-waktu Merapi kembali bergejolak.

Presiden SBY pun pada pernyataan resminya akhirnya memutuskan untuk berkantor di Yogyakarta dan Jateng agar bisa langsung mengawasi koordinasi penanggulangan dan respon cepat terhadap kemungkinan bencana ke depannya. Rantai koomando pun oleh SBY dikonsentrasikan pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun