Mohon tunggu...
Fandi Sido
Fandi Sido Mohon Tunggu... swasta/hobi -

Humaniora dan Fiksiana mestinya dua hal yang bergumul, bercinta, dan kawin. | @FandiSido

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengapa Bukan Bahasa Indonesia?

26 Agustus 2010   13:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:41 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_240096" align="alignright" width="300" caption="Mengapa tidak Bahasa Indonesia? diunduh melalui google."][/caption] Kompas.com sedang dalam tahap persiapan dan akan segera meluncurkan kolom/rubrik terbaru dalam fiturnya sebagai media arus utama online di Indonesia. Ya, saya terkejut dan sangat antusias dengan rencana diluncurkannya rubrik reportase warga yang saat ini sedang direncanakan oleh terman-teman administrator Kompas. Polling pun sudah bermunculan di media-media online terkait, termasuk Kompasiana, guna mengetahui pilihan publik tentang nama kolom yang paling tepat untuk fitur dan terobosan baru tersebut. Muncullah pilihan-pilihan nama yang, menurut saya, akan lebih mudah dipilih masyarakat jika diganti menjadi kata bahasa Indonesia yang populer dan akrab di telinga pembaca. Sebagai informasi, pilihan nama-nama fitur kolom Jurnalisme Warga Kompas.com tersebut adalah:

  1. Stringer's Side (Pojok Jurnalis Lepas)
  2. iSight (kira-kira maksudnya kesaksian secara langsung untuk dilaporkan)
  3. U Tell (kini giliran para warga yang melaporkan ke media)
  4. iScoop (mirip isight, pengamatan oleh warga)
  5. K Report (K mungkin merujuk kata "Kompas", artinya laporan langsung dari warga untuk Kompas)

Melihat dari tujuannya, mungkin secara pragmatis keberhasilan tujuan ini nantinya diukur dari tingkat kontribusi warga, khususnya para Jurnalis lepas dalam mengontribusikan beritanya kepada halaman-halaman Kompas. Semakin banyak penulis yang memberikan kabar dari berbagai daerah, maka semakin baik. Ini pula terlihat dari konten yang entah nanti melalui seleksi editor atau tidak. Jika kita merujuk tujuan di atas, maka pemilihan nama rubrik ini akan mempengaruhi ketertarikan masyarakat kontibutor dan juga pembaca. Kompasiana yang populer hingga saat ini bahkan dalam dua tahun pertamanya menurut saya karena beberapa faktor, yang juga terkait dengan pemilihan nama. Kompasiana bukan merupakan kata verbal atau nomina khusus yang disadur dari kamus, melainkan sebuah istilah yang dibuat sendiri dengan penyesuaian. Faktanya, Kompasiana yang lebih dikenal sebagai kata Bahasa Indonesia bisa bersaing dengan media-media sosial lainnya seperti Facebook dan Twitter. Beberapa media warta online lainnya juga terbukti populer karena penggunaan namanya yang berbahasa Indonesia. Memang, perkembangan laju penggunaan Bahasa Inggris dalam dunia TI menjadi penting seiring dinamika sosial online yang berkembang pesat. Namun, jika tujuan pemberitaan menyasar ke masyarakat secara kseluruhan, maka sangat dibutuhkan kesamaan interface termasuk dalam hal penggunaan kata dan istilah, seperti halnya media koran daerah yang lebih laku karena menggunakan berita dan bahasa yang lebih down to earth. Kembali ke poling pemilihan nama rubrik jurnalisme warga Kompas. Hingga hari ini (26/8) hasil dari sekitar 220 responden sekitar 47% memilih K Report sebagai nama yang cocok. Alasannya sederhana, karena kata-kata report dan semacamnya sudah akrab sebagai bagian dari bidang konsentrasi media dan jurnalistik. Masyarakat sudah mengenal istilah ini sejak puluhan tahun lalu. Apalagi nama tersebut dibubuhi artikel "K" yang merujuk Kompas. Terbukti, dari 5 pilihan nama, nama yang paling banyak dipilih adalah nama yang akrab dan dekat dengan kata atau istilah Bahasa Indonesia. Akan lebih mudah lagi bagi masyarakat untuk memilih jika pilihan-pilihan yang ada semuanya adalah kata atau istilah yang akrab dalam pergaulan dan komunikasi sehari-hari. sekedar berbagi, Kata-kata yang terbersit di pikiran saya untuk nama rubrik tersebut antara lain (yang ber-bahasa Indonesia):

  • Warta dari Warga
  • Laporan dari Jalanan
  • Periskop
  • dariWarga
  • Kaca Berita
  • dll.

Tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menginterupsi kerja keras dan laju perencanaan teman-teman di Kompas ataupun Kompasiana dalam meluncurkan rubrik ini. Terus terang, bentuk media kontributid seperti ini sangat dinantikan banyak pihak, termasuk saya sendiri. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat luas yang sedang hangat-hangatnya gandrung pada dunia jurnalistik dan pewartaan warga. bagaimanapun juga, setiap inovasi adalah kemajuan semua pihak yang mencintai perkembangan dunia jurnalistik Indonesia yang semakin baik. Semoga fitur baru Kompas dan Kompasiana ini menjadi jendela dan arus yang mudah dilewati bagi seganap masyarakat yang mau berkontribusi lebih pada keterpenuhan informasi di Indonesia. Salam inovasi. Maguwoharjo, Yogyakarta, malam setelah tarawih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun