Untuk menanggulangi faktor sosial budaya Indonesia yang beragam, penerapan nilai-nilai agama bisa tetap dilakukan tanpa menggunakan istilah-istilah yang ada dalam agama itu sendiri. Misalnya, dalam hal perbankan, kita gunakan sistem bagi hasil dengan perjanjian tertentu, daripada menggunakan istilah nisbah dengan akad yang berbeda. Dengan begitu, sistem ini akan lebih umum dan tetap mengedepankan kepentingan masyarakat secara umum.
Apa yang saya sampaikan mungkin masih sangat mentah dan butuh diperjelas dengan rincian yang lebih detil. Tetapi, ide ini bisa membantu pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan tatanan pemerintahan yang bersih dari korupsi dan kejahatan para pejabat yang tidak berhati nurani. Indonesia membutuhkan seorang pembaharu yang mampu memperbaharui dan mereformasi berbagai sistem sehingga membuat oligarki tidak nyaman.
Oligarki saat ini sudah terlalu nyaman di kursi kekuasaan. Mereka memiliki sistem yang bisa diotak-atik sedemikian rupa untuk merusak dari dalam dan memperkaya diri sendiri. Tugas kita lah sebagai anak muda untuk menjadi seorang pembaharu dan membuat Indonesia lebih baik lagi kedepannya. Menjadi penguasa untuk memperkaya diri sendiri hanya akan membawa petaka yang lebih besar di masa depan. Masyarakat, butuh pemerintah yang adil dan berkemajuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H