Menjadi seorang sarjana adalah impian semua orang. Tetapi, jauh dari apa yang sudah saya pikirkan sebelumnya, pendidikan informal lebih membantu perkembangan karir saya ketimbang kuliah selama empat tahun.
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia. Baik formal maupun informal memiliki keuntungan dan kerugiannya masing-masing.
Bagi saya, keduanya saling melengkapi, dan mampu meningkatkan potensi seseorang.
Setelah menjalani kuliah selama empat tahun, saya disadarkan oleh pekerjaan saya sendiri, bahwa hanya 30 persen dari apa yang saya pelajari di kampus berpengaruh pada karir. Sisanya, adalah apa yang saya pelajari di pendidikan informal.
Banyak Skill yang Tak Diajarkan di Kampus
Menjadi wartawan adalah cita-cita saya sejak kecil. Dan, saya berhasil mewujudkannya setelah lulus SMA.
Bagaimana bisa?
Ketika duduk di bangku SMA, saya sering ikut diklat jurnalistik yang diadakan oleh ekstrakurikuler saya.
Dengan kata lain, ada pendidikan informal yang melekat di institusi pendidikan formal.
Tetapi, lantas saya pun masuk kuliah sambil bekerja di kelas karyawan. Pikiran saya saat itu adalah kalau tidak kuliah, maka saya tidak akan jadi apa-apa.
Dengan memilih jurusan manajemen, saya mencoba dengan dunia baru selain jurnalistik yang sudah melekat pada diri saya sejak SMA.
Ketika kuliah, saya terkejut bukan main karena saya diajari dari nol lagi. Semuanya tentang teori, bahkan pelajaran Bahasa Indonesia saat SMA pun ada juga.Â
Itu terus berlanjut sampai semester 3, yang menurut saya mulai masuk ke pembahasan manajemen, meski kebanyakan hanya teori saja.
Pendidikan Informal Membantu Meningkatkan dan Menambah Hard Skill
Dengan keberanian yang tinggi, saya menambah waktu belajar saya dengan berbagai ikut pelatihan online.
Saya mulai belajar copywriting, content writing, web developing, graphic design, sampai digital marketing. Menguras waktu dan pikiran memang, tetapi hasilnya sangat terasa di kemudian hari.
Berbagai pelatihan yang saya ambil di atas, sangat menarik karena itu tidak diajarkan di perkuliahan tetapi mampu diubah menjadi sumber penghasilan.Â
Sekarang ada banyak pelatihan atau pendidikan informal yang tersebar di media sosial, tinggal kemauannya saja yang ditonjolkan.
Manfaat Pendidikan Informal dalam Karir
Setelah lulus kuliah, saya tetap menjadi wartawan. Tetapi, menerapkan berbagai ilmu yang dihasilkan dari pendidikan informal yang sudah dijalani sebelumnya.
Saya menerima banyak orderan dari klien yang ingin membuat content writing dan copywriting. Bahkan, saya juga jadi web developer untuk beberapa klien.
Lantas ilmu di kampus bagaimana?
Jurusan Manajemen membawa saya pada soft skill yang lebih advanced. Saya belajar menulis invoice yang benar, membuat surat penawaran, bernegosiasi, sampai menentukan harga jasa yang pas.
Dengan kata lain, pendidikan formal dan informal saling membantu dalam membuat perjalanan karir saya berbeda dengan orang lain.
Hard skill dari pelatihan dan soft skill dari perkuliahan, bisa dipadukan menjadi ramuan yang pas agar kita mampu menciptakan inovasi di masa depan.
Kesimpulan
Jadi, pendidikan informal sebaiknya jangan sampai dipandang sebelah mata. Baik itu berbentuk kursus, diklat, dan lain sebagainya.
Sebab, ilmu bisa didapat dari mana saja dan asal pikiran kita terbuka maka itu bisa menjadi prospek yang menguntungkan di masa depan.
Jika kalian belum mampu mengenyam pendidikan formal, maka pendidikan informal bisa menjadi solusi.
Harganya pun terbilang murah dan bahkan ada yang gratis di periode-periode tertentu. Tinggal bagaimana kita menumbuhkan kemauan dan minat kita dalam bidang yang ingin kita ambil.
Segala bentuk pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H