Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pro Kontra Aplikasi My Heritage

11 Maret 2021   21:28 Diperbarui: 11 Maret 2021   21:30 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial tengah dihebohkan dengan salah satu aplikasi bernama My Heritage. Aplikasi atau fitur ini seakan dapat menghidupkan orang dengan hanya bermodal sebuah foto. Fitur ini menggunakan teknologi deepfake untuk menghidupkan wajah atau foto kerabat yang telah meninggal. Memang tak perlu kerabat yang telah meninggal, banyak warganet yang memakai aplikasi ini guna iseng mencoba untuk orang yang masih hidup karena penasaran.

Tak sedikit warganet yang telah mencoba fitur ini untuk wajah berbagai orang-orang terkemuka tanah air seperti Presiden pertama Indonesia yaitu Soekarno dan dari ulama besar almarhum Syekh Ali Jaber, bahkan ada yang mencobanya pada wajah di lukisan Monalisa.

Walaupun viral, berbagai ciptaan aplikasi pasti tak terlepas dari hal positif dan negatif. Aplikasi yang menjadi primadona baru di kalangan warganet ini menjadikan orang-orang dapat bernostalgia bersama kerabatnya yang telah meninggal dunia, sembari mengenangnya dalam format gambar bergerak seperti tersenyum, berkedip, dan menoleh yang benar-benar tampak realistis bagaikan video. Tentu saja rasa terharu dan bahagia bercampur jadi satu bagi yang sedang mengenang karena rindunya yang cukup terobati, karena meskipun gambar berwarna hitam putih dan tak jelas, fitur ini masih mampu dalam mengedit. Meskipun demikian, tak heran di beberapa kalangan akan merasa menakutkan karena kebanyakan fitur ini digunakan untuk orang yang telah tiada. Bahkan perusahaan DeepNostalgia sendiri mengakui bahwa beberapa orang menganggap fitur itu menyeramkan, sementara orang lain akan menganggapnya sebagai hal yang ajaib.

Tentu hal tersebut akan menuai kontroversi di berbagai kalangan. Karena disamping kelebihan dapat bernostalgia dengan orang-orang tersayang, aplikasi ini tidak diizinkan di beberapa negara seperti di Indonesia. Oleh karenanya, para pengguna mesti memakai aplikasi lainnya untuk mengaksesnya seperti aplikasi VPN agar bisa menggunakan dan mengupload foto lewat negara yang masih mengizinkan. Tak jarang pula ditemukan kerepotan untuk mencobanya dan pembatasan hanya untuk beberapa foto. Untuk mengakses fitur ini dapat lewat aplikasi atau lewat google seperti chrome.

Oleh sebab itu, fitur deepfake ini dapat memicu penipuan identitas karena perlunya pendaftaran seperti lewat email. Pemerintah Inggris juga tengah mempertimbangkan Undang-Undang tentang teknologi deepfake ini. Keamanan identitas para pengguna bisa terancam dan jadi berbahaya dalam pemakaiannya. Apalagi jika pengguna mencoba pada orang lain yang masih hidup tanpa izin dan menghasilkan hasil yang kurang mengenakkan. Sebagai contoh deepfake bisa disalahgunakan untuk memproduksi konten-konten hoax. Bayangkan saja jika fitur ini dapat mengakses suara dan menjadi video utuh, bagaimana jika dicoba pada orang penting untuk menyebar pidato yang semena-mena, urusannya tidak seenteng yang terlihat. Seperti pemberitaan perang atau foto yang dijadikan video tak senonoh untuk kalangan di bawah umur. Akan ada banyak pihak yang merasa tersinggung.

Dari hasilnya pun bisa menjadi pro kontra dikarenakan kesesuaian wajah, karena ada yang tetap mirip seperti asli, ada yang justru menjadi aneh karena tak sesuai walaupun fitur ini telah semaksimal mungkin dalam pengeditannya.

Saya pribadi sebagai penonton dan penikmat dari maraknya teknologi ini cukup khawatir karena kurangnya pembatasan untuk menghindari dampak-dampak negatif yang bisa terjadi di masa depan. Sebagai masyarakat dan warganet di dunia maya mesti membuat batasan masing-masing dan pertimbangan pemerintah untuk pengimbauannya. Karena teknologi dan perkembangannya tak dapat dihindari, tapi harus bisa dijaga dan dibatasi. Pengguna mesti memahami mana yang pantas dan tak pantas dilakukan. Beruntung bagi pengguna yang dapat terbantu lewat aplikasi ini, tapi akan menjadi buntung bagi yang mengaksesnya untuk hal yang akan berdampak tak baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun