Itulah faktor-faktor yang menyebabkan dapat dianggapnya pendidikan hanya sebagai formalitas. Bukan menanam ilmu, tapi hanya melewatinya. Tapi mengapa juga siswa bisa sampai seabai itu? Kalau menguntungkan dan menganggap bermanfaat pasti dikerjakan dan memperdalam ilmu. Masih ada kah faktor lainnya? Pendidikan yang dikaitkan dengan sekolah pasti tak lepas dari sosok guru. Perhatikan juga faktor tersebut.
Proses pendidikan di sekolah masih banyak yang mementingkan aspek kognitifnya ketimbang psikomotoriknya, masih banyak guru-guru di setiap sekolah yang hanya asal mengajar saja agar terlihat formalitasnya, tanpa mengajarkan bagaimana etika-etika yang baik yang harus dilakukan, tanpa mendidik, hanya sebuah ceramah materi dan tugas atau ulangan. Bukankah para pelajar akan merasa malas, bosan, kesal sampai tak peduli. Mungkin memang tak ada yang salah dengan sikap dan etika guru tersebut, tapi kebanyakan siswa tak menyukai proses dan tugas-tugas yang diberikan, entah karena sulit, atau karena terlalu banyak. Pada akhirnya, guru atau sekolah yang menjadi tersangka bagi para murid.
Oleh sebabnya, dari pihak pendidik pun harus menumbuhkan situasi menyenangkan untuk para muridnya agar tak semakin banyaknya orang mengganggap pendidikan hanya formalitas belaka. Sebagai contoh pencegahan guru bisa melakukan :
* Proses mengajar yang beragam
Seperti tak diam menjelaskan di satu tempat, atau memakai teknis yang unik agar yang mendengarkan dan melihat tak bosan.
* Memberikan apresiasi pada murid
Tentu akan menyenangkan kalau usaha kita dihargai dan menjadi bernilai dimata orang lain, hal tersebut bisa dilakukan guru ketika murid menjawab pertanyaan atau hal positif lainnya dengan memberi hadiah atau sekadar memuji dan tepuk tangan.
* Menghidupkan suasana belajar dengan senda gurau
Sekola itu tak harus melulu belajar materi dan praktek, karena siswa lebih nyaman dengan guru yang bisa menyesuaikan diri dengan keadaan sekitar atau gampang diajak curhat dan bercanda pada situasi tertentu.
* Mengajarkan sikap yang baik sebagai orang berpendidikan
Poin ini penting karena disamping mengajar, guru juga mesti mendidik. Tapi tidak menghamiki dan mengancam murid. Tidak asal bicara 'masa depanmu akan buruk kalau kau seperti ini'.
Pada hakikatnya, murid menghormati guru, guru menghargai murid. Kalau murid telah menghormati dan patuh pada tugas-tugas guru, guru pun perlu memahami kondisi muridnya kesulitan atau tidak dan menghargai jika terjadi bentuk protesan. Memprotes bukan berarti tak mau mengerjakan, tapi saling meneliti mana yang disanggupi dan tidak, ketimbang murid hanya iya-iya saja dan keresahan dipendam karena tak mampu akhirnya stres tak terhindari dan merugikan diri sendiri. Jika semua kesalahan dijatuhkan pada murid, mestinya dicari tahu terlebih dahulu mengapa bisa sampai memberontak dan sudah malas mengurusi persoalan pendidikan hingga opini pendidikan hanya formalitas kelulusan, formalitas gelar, formalitas untuk kerja nanti dapat dihindari.
Maka dari itu, pendidikan karakter perlu dikembangkan agar bentuk-bentuk negatif dari pendidikan dapat dicegah. Sekolah alangkah baiknya mengajarkan pendidikan karakter menjadi mata pelajaran khusus di sekolah tersebut. Murid butuh arahan, mereka bisa diajarkan bagaimana cara bersifat terhadap orang tua, guru-guru ataupun lingkungan sekitar agar tak sembarang mengadu dan asal membangkang. Mesti adanya pilar karakter tentang keadilan, karena seperti yang dapat kita lihat banyak sekali ketidakadilan yang terjadi dalam sekolah. Keadilan terbentuk, sekolah tak suntuk.
Hal-hal yang menjadi penghalang pendidikan itu semua berakar dari diri sendiri. Semua tergantung niat, tergantung usaha dan doa. Dimana ada kemauan, pasti diberi kemudahan. Stop menganggap pendidikan itu hanya formalitas dan syarat menjalani kehidupan, karena kalau hanya untuk menjalani kehidupan saja, masih banyak yang bisa dilakukan. Tanamkan karakter yang membawa pada kecerdasan yang diharapkan sebagai penerus bangsa. Negara hebat itu negara yang didalamnya terdapat orang-orang berpendidikan yang hebat pula. Dan jangan lupakan bahwa pendidikan itu bukan hanya sekolah. Semoga tak semakin banyak oknum yang mengabaikan pentingnya pendidikan dan berusaha meraih bahkan sampai bisa jadi sarjana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H