Mohon tunggu...
Afridany Ramli
Afridany Ramli Mohon Tunggu... -

Aku menulis karena pernah hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kambing

19 November 2016   09:00 Diperbarui: 19 November 2016   09:48 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan peternak kambing sangat senang bila para Mugee bertandang ke rumahnya. Bila hari jumat, sore hari banyak mugee yang datang kesana, karena setiap hari Sabtu para Mugee pelanggannya akan membawa kambing-kambing itu ke pasar Beureunun. konon, pada suatu hari saat perempuan itu hendak menjual kambing peliharaanya kambing-kambing miliknya itu seakan tau bahwa mereka hendak di jual. Namun ada empat ekor kambing yang tidak pulang-pulang hari itu. ke empat ekor kambing itu adalah dua pasang, maksudnya adalah yang dua jantan dua betina. Yang sepasang induk dan sepasang lagi anaknya.

Pada saat mugee sudah berada di rumahnya, perempuan itu mencari kambingnya, tapi kambing itu tidak ada di kandang. setelah beberapa hari di tunggui, kambing itu ternyata sudah berada di kandang milik orang lain, kambing itu tidak mau pulang lagi dan menetap di rumah si pengembala. Sehingga karena sudah berulang kali, di ajaknya pulang, kambing itu tetap kembali ke rumah si pengembala. pada saat yang sama, ketika si perempuan dan si pengembala duduk membicarakan perihal dua pasang kambingnnya itu, mereka sepakat untuk menjualnya pada si pengembala. Tapi kata si pengembala, dia tidak mau membeli anak-anaknya karena tidak sanggup memberi makan, sebab kambingnya sudah terlalu banyak. biasanya si pengembala hanya mengembangbiakkan saja kambing-kambing miliknya saat sesudah punya anak lalu dijual kembali, biasanya para pelanggan si pengembala bukanlah Mugee, melainkan utusan untuk kebutuhan orang hakikah atau hajatan.

Setelah kesepakatan jual-beli terjadi, maka si perempuan itu menerima uang dari hasil penjualan sepasang induk kambing itu, sedangkan anak kambing itu dibawa pulang untuk di peliharanya. anak kambing itu menurut patuh tanpa melawan sedikitpun. Tetapi lama-kelamaan anak kambing itu banyak tingkah, sering seruduk pagar, emosional akibat berpisah dari orang tuanya. sementara induk kambing itu tidak mau bersenggama karena berpisah merasa kesepian tanpa buah hatinya. kambing itu lama kelamaan mengalami hal serupa yaitu jatuh sakit perlahan-lahan. kedua-duanya mendera demam tak mau makan, sampai kena angin busung.

Akhirnya karena sudah sakit-sakit si pengembala akhirnya mencari dokter. setelah di suguhi obat oleh dokter hewan itu, seminggu setelahnya kedua-keduanya nampak sehat, akan tetapi beringas, kambing jantan itu ketika di lepas tidak peduli hak-hak orang lain di melahap semua pintu-pintu pagar-pagar milik warga. Si pengembala heran dengan perubahan si jantan itu, kenapa dia menjadi nakal, namun karena si pengembala paham akan seluk beluk binatang jenis itu, maka membiarkanya berkeliaran, lagi pula kambing itu sudah sehat. Menurut si pengembala kambing itu sakit kepala lantaran si betina tidak mau menerima aspirasinya.

Sementara si betina yang berkulit putih, sedikit malas, bahkan banyak tidur di kandangnya kecuali sore hari saat si pengembala membawa pulang daun-daun dari kebun. Si pengembala juga mengerti bahwa istrinya dulu setelah berpisah dengan anak-anaknya juga bersikap demikian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun