Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tiada Tempat Bagi Sebuah Puisi

1 Juli 2024   16:31 Diperbarui: 1 Juli 2024   17:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kini hari-hariku sepi dan dingin
Kurasa jemariku mulai lelah menulis
Apalagi menorehkan sebuah puisi
Sebab puisi mesti terbuai dari hati

Tiada ingin kembali
Tempat di mana kutinggal telah sunyi
Dalam dadaku terluka dan sakit
Aku sendiri akan menyesali ini

Kini ada tiga musim di sini
Hujan, kemarau, dan menangis
Ada hangat bercampur dingin
Tapi hidupku telah menjadi butiran kecil
Sungguh tiada arti

Lalu siapa yang masih membaca puisi
Kalau kutulis sekalipun pasti sepi dan sedih
Semua lebur menjadi debu tak abadi
Perasaanku lenyap, semangatku mati

Begitulah aku tanpa sebuah arti
Adalah berita yang paling tidak kuingin
Tetapi tetap masih kusimpan erat sendiri
Aku adalah puisi dikubur dalam sebuah peti.


2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun