Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buat Bapak Penyair

11 Juni 2024   18:38 Diperbarui: 11 Juni 2024   18:44 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tuhan,
malam sendu begini hatiku gelisah
sejak tadi cuma memikirkan kata-kata di dalam kepala
untuk membuat puisi, Tuhan.

Aku sudah meletakan kopi, kertas, pena
tetapi tiada satu pun kata yang tepat
tentu begitu rumit karena ini spesial buat seorang
penyair yang baru berpulang menemuimu
ia juga sama seorang perindu abadi yang ingin
segala rindunya akan selalu bersemayam di sini.

"Wah? Apa ini? Kesunyian datang?!"

"Apa itu--"

Lalu mulai tertulislah puisiku jadi seperti ini:

'Barangkali rengek berpawai
Dalam pawai menuju halte
Depan halte ada antrian panjang
Sebelum bus meninjau lajumu

Barangkali hidup perlu bersyair
Begitu syair nyaring mente
Apakah mente sampai ke kampung halaman?
Maka kau pergi membawa suaramu

Barangkali telah tersampaikan di bawah tudung puisi
Terimalah tudung puisi sebagai doa yang tak tercoret
Maka jadilah yang tak tercoret itu berbuah manis
Kali ini kata-katalah yang menangis sekaligus tersenyum.'

Jakarta, 2024

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun