Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kota

16 Oktober 2023   18:00 Diperbarui: 16 Oktober 2023   18:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kesepian hanyalah kota setelah gelap merangkak
Meski di dada tersimpan ribuan kilo perjalanan
Sesering cahaya terlihat menyita bertahun itu
Udara yang sejuk kini menjadi para penghuni busuk

Saat melihat aspal menerjang lembutnya tanah
Siapa yang berbicara paling sakit kecualinya?
Maka para pejalan mestinya bertelanjang kaki
Berprasangka sendiri setelah subjek terinjak di sini

Yang terpandang indah di kota bukanlah kota
Tapi yang lalu-lalang mematikan diri-sendiri pada ramai
Betapa bahagia mereka dalam fiksi semata
Karena dunia bersikeras tak berdamai.

Jakarta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun