"Ini mengapa kita tetap tak bisa bersama
meski di jalan yang sulit."
Dahulu pernah tenang seolah bintang mengerlip
Tiap-tiap malam
Kita tantang cahaya dan bulan menciut malu
Berenang ria kita di dingin lara dan serpih zat fana
Sebentar abadi, perlahan baru berasa gigilnya perih
Cintakah kita pada diri-sendiri?
Menimbang perkara janji-janji suci
Sementara di antara surut kering sungai mimpi
Kita dipelihara beku air mata yang sunyi
Mungkin cintalah yang menaruh
Segala keputusasaan
Tapi dengan segala keputusasaanlah
kita semakin cinta
Dan itulah mengapa kita tak ingin
Mengeluh pada duka
Karena duka ....
Menarung kedua telapak tangan kita.
Jakarta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H