Mohon tunggu...
Afrizal Ramadhan
Afrizal Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Bekerjalah pada keabadian

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Peraga

14 Oktober 2023   09:26 Diperbarui: 14 Oktober 2023   09:28 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sudah lama sejak layar terkembang
Mengembara ke antah-berantah
Tapi mengapa akhir dari lekuk seni
Hanya kembali mengulang dalam perige

Yang murni tercacah lambat-laun tanpa ombak
Sebagai dewala penghidupan kini
Ke mana kita tuju arah pada mimpi
Kenapa jadi semasa kanak lagi
Surutkah sungai imaji
(manusia)
Atau memang sudahkah segala manuskrip
Tercatat di dalam tablet tartaria

Fragmen-fragmen yang kenal bentuk
Seolah terkutuk sebagai kalimat kuno
Asal-muasal harus diukur dengan poligraf!
Inilah yang paling alami disuguli
Dari penemuan jati diri
Para yang berketemuan melesat berketentangan

Inilah kisah akhir musim seni
Yang sudah berkalang tanah di dunia ini.

Jakarta. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun