MENJADIKAN HATI SEBENING EMBUN PAGI
Manusia diciptakan dengan fitrah yang sempurna hal ini yang membedakan ia dengan makhluklain. Tidak hanya berbekal akal yang dimiliki namun ada sesuatu yang kuat melebihi dirinya sendiri tanpanya manusia akan buta, tak terkendali bahkan bisa menjadikan dirinya makhluk yang paling rendah di bumi. Namun sebaliknya bila manusia bisa mengendalikan itu kedudukanya bisa melebihi malaikat. Mutiara itu tersimpan dalam diri manusia yaitu bernama Hati.
Hati adalah sesuatu hal didalam diri manusia yang dianggap sebagai tempat segala perasan batin dan tempat menyimpan pengertian. Qalbun atau Hati dikatakan dalam Al Qur’an terdapat 3 macam:
- Hati yang Sehat
- Qalbun Salim itulah nama yang tertulis dalam qur’an maknanya ialah Hati yang selalu berada pada jalan kebenaran, berpegang teguh pada setiap kebaikan, dan dapat menebarkan manfaat pada makhluklain. hati yang selalu mengharapkan ridho dan kasih sayang Allah. Hati inilah yang akan selamat pada hari kiamat nanti.
- Hati yang Sakit
- Qalbun maridht ialah hati yang tercemar penyakit batin, dampak dari hal ini akan memunculkan rasa sedih, keluh kesah dan putus asa. Walaupun sebenarnya hati ini dapat disembuhkan namun, hal ini tergantung pada keimanan dan kesungguhan masing-masing pribadi. Hati yang sakit itu menjadikan jiwa terombang-ambing hati ini cenderung pada keburukan seperti halnya orang yang berdusta, didalam hatinya terdapat penyakit
- Hati yang Mati
- Qalbun mayyit berarti hati mati, hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Hatinya penuh dengan kesesatan dan kegelapan karena terhasut hawa nafsu serta bisikan setan menjadikannya tuli dan buta pada kebenaran. Bergaul dengan orang yang hatinya mati ini penyakit, berteman dengannya adalah racun dan bermajlis dengan mereka adalah bencana. Kebanyakan yang memilii sifat ini adalah orang kafir.
Kehidupan hati bagaikan dimensi yang indah. Setiap mata memandang akan meninggalkan kesan dalam hati. Gunung itu lembut dan sejuk. Tetapi sesungguhnya bila kita dekati, didalamya terdapat hutan belantara yang berisi jurang-jurang, tebing, sungai yang berliku dan bebatuan. Di dalam hutan itu terdapat pohon, ada yang berbuah dan ada pula yang tidak. Pohon yang berbuah pun ada yang dapat dimakan karena nyaman rasanya, namun ada pula yang beracun.
Begitu pula dengan keadaan hati. Kadangkala hati merasa sedih dan kadang pula merasa Bahagia. Kadang suka kadang duka. Kadang besemangat kadang juga merasa malas. Ini membuktikan bahwa keadaan hati tidaklah menentu.
«إنَّ قلوبَ بني آدم كلَّها بين إصبعين من أصابعِ الرحَّمن، كقلبٍ واحدٍ، يُصَرِّفُه حيث يشاء» ثم قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «اللهم مُصَرِّفَ القلوبِ صَرِّفْ قلوبَنا على طاعتك».
"Sesungguhnya hati anak-anak Adam itu seluruhnya ada di antara dua jari-jari Allah Yang Maha Pengasih seperti satu hati. Dia memalingkannya ke arah yang dikehendaki-Nya." Selanjutnya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, "Ya Allah, Zat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami atas ketaatan-Mu." (H.R Muslim)
Lawan kebahagiaan adalah kesedihan, lawan kemudahan adalah kesulitan, setiap manusia tidak dapat menentukan hati mereka sendiri. Tidak bisa seorang itu Bahagia terus tanpa sedih ataupun sebaliknya. Karena setiap manusia yang hidup di dunia ini harus siap memikul beban penderitaan dan kesengsaraan.
Mau tidak mau manusia harus menerima keadaan. Layaknya air yang mengalir menuruti sungai yang berkelok-kelok hingga sampai masuk ke dalam muara. Tak mungkin air sungai itu berlawanan arus bahkan menentang dan kembali ke sumber asalnya di atas bukit. Air yang mengalir kadang bertemu dengan bebatuan, dan juga kadang merasakan terjun dari ketinggian begitulah kehidupan dunia ini. Kita akan merasakan sesuatu kegembiraan dan mendapati sesuatu kesengsaraan yang dapat menggangu aktivitas manusia. Inilah yang merupakan warna kehidupan.
Hidup memang tidak sebebas apa yang diharapkan oleh semua orang. Kita tidak akan bisa melakukan apa saja sesuai dengan kehendak kita. Kunci sederhana jalani semua roda kehidupan walau beratkau kita rasakan. Janganlah merasa kecewa, sebab rasa kecewa akan menimbulkan kegelisahan yang akan menimbulkan penyakit jiwa.
Salah satu yang dapat memicu penyakit hati adalah sifat rakus. Keinginan seorang mengejar harta jika tidak terpenuhi akan membuat seseorang menjadi kecewa. Padahal harta bukan kekayaan yang sebenarnya. Kaya hati itulah sebenar-benarnya kekayaan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa Salam bersabda,