Candi Muara Jambi terletak di Desa Muara Jambi, Kecamatan Marosebo, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi. Candi ini merupakan peninggalan Hindu-Budha, dikawasan Candi Muara Jambi terdapat banyak bangunan candi diantaranya candi Teluk, Kembar Batu, Gedong, Gumpung, Mahligai, Kedaton, dan Tinggi. Dalam pembuatan Candi ini menggunakan batu bata yang proses pembakaranya pas sehingga tidak mudah pecah, Â sistem pelajatan batu bata yang pertama hanya ditempel kemudian menggabungkan bata selanjutnya digunakan getah dari pohon miranti.
Sumatra pada masa itu dikenal dengan nama Swarnadipa yang berarti Pulau emas, candi ini juga menjadi tempat yang istimewa atau menjadi pusat kegiatan penyebaran agama Budha saat itu dimana ribuan biksu belajar di Candi ini atau dikenal juga dengan istilah sribuga. Gerbang dari Candi ini menghadap ke Timur, dengan alasan karena matahari terbit dari Timur dan tenggelam ke Barat.
Di sekitar bangunan Candi Gumpung pada sisi Timur Laut Selatan Barat Daya terdapat bangunan Mendapa yang seluruhnya berjumlah enam buah. Salah satu keunikan dari Candi gumpung yaitu ditemukanya patung makara yang terletak di gerbang masuk candi bagian luar, makara ini berbentuk kepala gajah di atas tubuh ikan. Makara sendiri berarti amarah, makara ini diyakini sebagai penjaga dan pelindung dari roh jahat dan negatif, simbol kesuburan dan kemakmuran, mulut makara melambangkan gerbang menuju alam nirwana yaitu tujuan akhir umat Hindu-Buddha, serta menjadi pengingat akan keseimbangan antara duniawi dengan spiritual.
Mandapa dalam Bahasa Sanskerta berarti paviliuin atau beranda, Mandapa sendiri adalah sebuah bangunan terbuka yang berada biasanya di depan gerbang masuk bangunan candi, bentuk dari bangunan Mandapa yaitu berbentuk datar tidak memiliki tubuh serta tidak memiliki atap. Mandapa berbentuk persegi atau persegi panjang, tinggi sebuah Mandapa tergantung pada tinggi candi. Mandapa yang menunjukkan sebuah aula ketinggiannya hanya terdiri dari tiga tingkat.
Mendapa sendiri berfungsi sebagai  tempat untuk ibadah atau ritual keagamaan seperti upacara pemujaan kepada Budha, termasuk pemberian persembahan seperti bunga, dupa dan makanan. Selanjutnya Mendapa juga berfungsi sebagai tempat berkumpul dan berdiskusi yang strategis untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang muncul dilingkungan Kerajaan, seperti penyelesaian konflik dan perselisihan antara para pemimpin, berdiskusi tentang strategi untuk kemajuan Kerajaan serta masalah lainya yang muncul di lingkungan Kerajaan. Fungsi selanjutnya yaitu tempat untuk debat seperti pertukaran pendapat antara dua pihak yang berlawanan atau tidak sesuai di dalam Kerajaan.
Mendapa memiliki karekteristik bangunan yang sesuai dengan fungsinya, yaitu yang pertama tata ruang yang terbuka yang memberikan sirkulasi udara, hubungan dengan lingkungan sekitar dan kesan lapang yang kondusif untuk pertemuan atau kegiatan. Selanjutnya permukaan pelataran mendapa beralas batu bata yang rata dan tahan lama. Letaknya yang dekat dengan bangunan Candi yang menunjukkan peranya dalam memfasilitasi perpindahan antara bangunan keagamaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H