Mohon tunggu...
Afriyanto Sikumbang
Afriyanto Sikumbang Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis

Belajar mensyukuri apa yang kita miliki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tanamkan Pendidikan Seks pada Anak Sejak Dini

25 Februari 2020   17:24 Diperbarui: 25 Februari 2020   17:25 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan seks pada anak itu penting, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pergaulan bebas. Banyak kasus seks bebas terjadi bukan hanya lantaran pergaulan atau lingkungan, melainkan juga karena tidak adanya pengawasan dan pendidikan dari orang tua. Orang tua jangan hanya menyerahkan masalah pendidikan seks kepada sekolah.

Pendidikan harus ditanamkan sejak dini. Maksudnya adalah, sejak anak-anak sudah mampu menggunakan akalnya dan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Umumnya ketika mereka sudah sekolah kelas 6 SD atau kelas 1 SMP.

Namun jangan langsung kepada materi yang berat-berat. Awali dengan pemahaman tentang akil baligh, yang ditandai dengan menstruasi untuk perempuan dan mimpi basah untuk laki-laki. Karena itulah fase pertama yang akan mereka jalani. Jangan berikan penjelasan yang terlalu detail, cukup dasar-dasarnya saja. Jelaskan apa itu menstruasi dan apa itu mimpi basah. Hal ini penting, supaya anak-anak tidak kaget atau panik saat mereka mengalami menstruasi atau mimpi basah untuk yang pertama kalinya.

Nah, di saat mereka pertama kali mengalami menstruasi atau mimpi basah, itulah momen yang paling tepat untuk memberikan penjelasan yang sebanyak-banyaknya dan se-detail detailnya mengenai pendidikan seks.

Ketika anak perempuan Anda menstruasi, katakan kepada dia "Nak, mulai hari ini, kamu sudah menjadi wanita sempurna. Kamu sudah menstruasi, yang berarti kamu sudah bisa hamil dan bisa mempunyai anak."

Jelaskan kepada mereka bahwa kehormatan seorang wanita terletak pada kegadisan atau keperawanan. Oleh karena itu, jagalah kehormatan itu. Jelaskan pula soal ajaran agama terkait soal keperawanan tadi. Keperawanan hanya boleh diberikan kepada suami. Hamil di luar nikah adalah zinah yang merupakan dosa besar. Jadi, jangan dekati zinah. Nasihati mereka untuk mencari teman yang baik, dan bergaullah yang baik pula.

Hal yang sama harus pula dilakukan terhadap anak laki-laki. Ketika anak laki-laki Anda mimpi basah, katakan pada mereka "Nak, mulai hari ini kami sudah menjadi lelaki sempurna. KAmu sudah mimpi basah. Itu artinya kamu sudah punya sperma aktif yang dapat membuahi indung telur perempuan sehingga perempuan tersebut bisa hamil."

Katakan kepada mereka bahwa kehormatan seorang laki-laki terletak pada keperjakaannya. Oleh karena itu, jagalah keperjakaan tersebut. Jelaskan pula ajaran agama. Keperjakaan hanya boleh diberikan kepada istri. Menghamili perempuan di luar nikah adalah zinah yang merupakan dosa besar. Jadi, jangan dekati zinah. Nasihati pula kepada anak laki-laki untuk mencari teman yang baik. Jaga pergaulan.

Sebagai orang tua, kita harus terus memantau dan mengawasi pergaulan mereka. Mintalah nomor kontak teman-teman mereka. Upayakan untuk kenal orang tua dari teman-teman tersebut, Kalau perlu, buat grup Whatsapp (WA) sesama orang tua sebagai wadah silaturahmi dan komunikasi guna saling tukar-menukar informasi.

WA Group (WAG) dirasa sangat bermanfaat keberadaannya. Para orang tua murid, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, hingga anak mereka menjadi mahasiswa, acapkali membuat WAG. Selain tukar menukar informasi tentang pelajaran dan aktivitas di sekolah, para orang tua juga sering berkomunikasi tentang aktivitas anak-anak mereka di luar sekolah dan di luar rumah.

Faktor lain yang tidak kalah pentingnya dalam mendidik anak mengenai makna seks adalah, jangan terlalu memanjakan mereka. Ciptakan kondisi di mana mereka bisa mandiri sehingga lebih dewasa dalam bersikap dan bertindak. Kita boleh-boleh saja mengawasi, tapi beri pula ruang kebebasan kepada mereka untuk berekspresi. Dengan demikian, diharapkan anak-anak akan dapat memahami pendidikan tentang seks dan tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun