Telapak tangannya mulai memerah, tubuhnya menggigil kedinginan, dikala hujan terus menghujam bulan Desember. Dini berteduh di pelataran ruko yang sudah tutup sejak pukul tujuh malam tadi. Memandangi lampu penerangan jalan berwarna kuning keemasan, tatapannya kosong. Bunyi bising lalu lintas jam pulang kerja masih tedengar jelas, namun tetap pandangannya terlihat kosong.
Sebuah kabar via sosial media yang diterima Dini bahwa Banu sebentar lagi mau menikah dengan seorang wanita di kotanya. Lalu, apa masalahnya?, haruskah Dini sesedih itu?. Entahlah, hubungan mereka memang sudah berjalan 6 bulan, lalu sebulan belakangan Banu ingin memutuskan hubungan dengan alasan hubungan yang mereka jalani ini terlalu sulit karena ‘LDR’ beda pulau. Dini di Jakarta sementara Banu di Surabaya.
Deru suara motor berbunyi menghampiri kearah Dini, terlihat pasangan remaja yang juga ingin berteduh. “kamu kedinginan ga?”, tanya remaja laki-laki pada perempuannya yang hanya mengenakan kaos dengan cardigan tipis berwarna coklat ditubuh rampingnya. “engga kok, biasa aja” balas perempuan itu. “Hah, cuaca sedingin ini, bisa-bisanya dia bilang biasa aja!”, ujar Dini dalam hati. “yaudah nih, pake jaket aku dulu aja ya”, minta laki-laki tersebut sambil melepas jaketnya. “heran, apakah wanita memang selalu seperti ini ya, entah ga enakan, takut merepotkan orang lain atau hanya menguji sejauh mana laki-laki itu peduli padanya dan pada akhirnya mengiyakan juga meskipun dengan cara sedikit paksaan untuk mau menerimanya”, Dini menambahkan.
Keadaan yang bertolak belakang di ruko itu, mungkin Dini sedikit kesal melihat kedua pasangan itu yang terlihat begitu harmonis disaat dia sedang tidak merasa baik hari ini. Dini mulai mencoba mengingat lagi saat dimana hubungan dengan Banu begitu harmonis sampai Banu berencana untuk menikahi Dini, Dini ingat betul saat itu. Tapi lagi-lagi, semakin Dini mengingat hal itu, semakin sakit pula hati Dini karena telah dikecewakan oleh Banu. Ternyata selama menjalani hubungan dengan Dini, disana Banu juga menjanjikan sebuah pernikahan pada wanita lain!. “Emang sih, laki-laki itu menang buat milih, tapi kalo menjanjikan sebuah pernikahan untuk 2 orang wanita itu, udah kelewatan banget deh kayanya”, pikir Dini.
Hujan masih belum berhenti, genangan airnya memantulkan cahaya lampu dari minimarket di seberang jalan. Terlihat abang tukang parkir melambai-lambaikan “traffic baton”-nya untuk memudahkan pengunjung yang mau keluar dari minimarket tersebut. Seperti biasa, juga ada segelas kopi hitam di atas tempat duduk yang terbuat dari plastik seperti di warung makan pecel lele. Dini mengingat lagi waktu dimana mereka belum lama jadian, waktu itu ada DM masuk dari seorang wanita yang mengucapkan selamat atas hubungan Dini dengan Banu. Sampai wanita itu bercerita bahwa dia diberitahu oleh teman Banu bahwa pada saat PDKT, dia dan Dini pernah dikasih hampers kerudung, namun dia menolaknya, tapi waktu itu Dini menerimanya. Yang pada akhirnya Banu pada saat itu memilih Dini untuk menjadi kekasihnya. “Apa posisi aku kaya wanita itu ya saat ini”, keluh Dini.
Hujan mulai berhenti, Dini pun bergegas pulang dengan sepeda motornya. Yang dia butuhkan saat ini hanyalah berbaring di kamarnya, mengistirahatkan badan serta pikirannya, mendengarkan musik sambil minum teh hangat dan membaca meme di Twitter berharap Desember ini cepat berlalu bersama semua kenangan tentangnya. “kamu harus kuat Din!”, tutur Dini kepada dirinya sendiri dalam lamunannya di sepanjang jalan menuju rumah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI