Tak lama kemudian, seseorang tersebut mulai bercerita tentang kehidupannya. Awalnya kawanku biasa saja, tidak terlalu tertarik mendengarkannya, namun lama kelamaan ia bercerita sambil menangis sesenggukan.
Lalu atas dasar simpati terhadap sesama, mulailah temanku menyimaknya dengan baik, sembari membuatkan teh hangat untuknya agar membuat keadaannya sedikit lebih tenang. Ya, temanku itu hanya sekedar mendengarkan cerita, sambil sesekali ia mencairkan suasana dengan sedikit candaan untuk menghibur rasa sedihnya.
Selesai seseorang itu bercerita, tidak lama kemudian ia pun pamit untuk pulang karena sedang ada keperluan keluarga di rumahnya. Dari dalam jaketnya ia keluarkan sebuah kartu nama lalu meletakkan kartu nama itu di atas kaleng biskuit yang sebelumnya memang sudah disuguhkan bersamaan dengan teh hangat yang telah diminumnya setengah.
Beranjak lah ia dari ruang tamu itu. Sambil menoleh kebelakang, ia lalu melambaikan tangan sembari berkata “kapan-kapan kamu juga main ya ke rumahku, ceritakan lah apa saja kisahmu kepadaku” ucapnya begitu.
Beberapa waktu berlalu, kini giliran temanku yang sedang ada dalam masalah, ia sedang gundah dan ingin sekali bercerita, tapi ke siapa?. Tiba-tiba ia teringat akan seseorang yang sebelumnya mengunjungi rumahnya itu. Karena aku sangat tau betul, temanku itu sangat sulit untuk berbagi ceritanya, ia hanya akan bercerita pada seseorang yang sudah ia anggap percaya.
Lantas, pergilah temanku itu dengan penuh semangat dan harapan, karena ia tau, setidaknya beban akan sedikit berkurang dipundaknya bila ia berbagi.
Sesampainya di sana, temanku tertegun meihat halamannya yang begitu luas, kira-kira cukup buat parkir enam mobil keluarga. Rumahnya juga bagus, tidak bertingkat tapi itu cukup nyaman rasanya bila ditempati. Lalu Ia bertanya dalam hati, “Apakah memang seseorang ini punya masalah serumit itu?. Aku rasa semuanya baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan”.
Temanku berjalan masuk menuju pintu rumahnya lalu mengucapkan salam dan mengetuk pintu seperti pada umumnya bertamu. Lama sekali temanku itu menunggu, tapi tak ada jawaban dari dalam rumah, lalu ia melihat dari luar jendela rumah terdapat sebuah TV besar yang masih menyala di ruang tamu.
Ya, pasti ada seseorang didalam sana. Temanku risau tak betah berdiam diri dipelataran rumah seseorang, lalu temanku memutuskan untuk beranjak pergi meninggalkan rumah tersebut.
Setibanya di rumah, temanku mengirim pesan kepada seseorang tersebut, bahwa ia baru saja mengunjungi rumahnya, namun tidak ada balasan dari dalam rumah. Seseorang tersebut lalu mambalas “maaf, saya sedang demam, lagipula saya tidak mendengar ada ketukan pintu dari luar”. Entah mana yang benar, temanku waktu itu hanya sedang bingung, pikirannya kalut dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak bisa terjawab.
Ditambah lagi dia sedang ada dalam masalah, makin membuatnya tidak bisa berpikir dengan jernih. Yang dirasakan temanku pada saat itu sangat kecewa, karena selalu teringat perkataan seseorang tersebut sebelumnya, “Bila kamu mau cerita, ceritakan saja kepadaku, apapun itu, akan aku dengarkan”. Lalu dalam benak temanku berkata, “Bagaimana bisa aku mau bercerita, sedang dibukakan pintu saja pun tidak”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H