Mohon tunggu...
AFRI SYAHARANI UINJKT
AFRI SYAHARANI UINJKT Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya merupakan mahasiswi semester dua program studi pengembangan masyarakat islam. Dimasa awal semester perkuliahan ini saya menantang diri saya untuk giat mencari dan memahami berbagai ilmu, membangun seluas-luasnya relasi kepada banyak pihak, dan mencoba berbagai pengalaman baru, termasuk kegiatan yang saya lakukan saat ini, yaitu belajar membuat blog di media digital Kompasiana. Semoga dengan mencoba membuat blog di kompasiana saya bisa melatih kemampuan menulis, berpikir kritis, dan membagi hal-hal yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Temanku

20 Maret 2023   18:10 Diperbarui: 20 Maret 2023   18:16 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima hari yang lalu tepatnya ditanggal 13 Maret 2023, temanku yang bernama syarifah Hudriah bercerita tentang film yang belum lama ia tonton. Dia menceritakan kepadaku film yang berjudul Turning Red. Dia mengatakan film itu menceritakan tentang hubungan ibu dan anak. Dia melanjutkan ceritanya, ia mengatakan alur film tersebut dimulai dari kehidupan  seorang anak perempuan yang perkiraan masih duduk di bangku SD akhir. Nama tokoh anak perempuan itu yaitu Memei. Memei merupakan seorang anak yang selalu dituntut oleh ibunya untuk menjadi sempurna dalam segala hal. Dia harus sempurna dalam bidang akademik, kemudian memiliki teman yang bagus akademiknya, bahkan kehidupan Mei selalu diatur ibunya, ia bahkan tak pernah ikut bermain dengan sahabatnya karena ibunya selalu memaksa Mei untuk ikut kelas tambahan. Diam-diam disekolah Mei memiliki sahabat yang lumayan gaul, sangat aktif dan mungkin bertolak belakang dengan kemauan ibunya, tetapi Mei merasa nyaman berada bersama sahabatnya tersebut, karena mereka selalu menerima Mei apa adanya dan selalu menghibur Mei ketika dia sedih.

Singkat cerita suatu hari terjadi peristiwa diluar nalar, ketika Mei bangun dari tidurnya ia berubah menjadi beruang merah besar, dia sangat terkejut, dan takut. Dia sangat takut ibunya mengetahui hal tersebut, namun singkat cerita ibunya tahu bahwa Mei berubah menjadi beruang merah, ternyata memang di keluarga Mei terdapat satu kutukan setiap anak yang beranjak remaja akan berubah menjadi beruang merah. Mengetahui hal itu ibu Mei dan keluarganya bergegas melakukan ritual untuk menghilangkan kutukan itu, selama menunggu waktu ritual Mei dilarang keras mengeluarkan panda merah dalam dirinya. Suatu ketika Mei dan sahabatnya mendapat informasi bahwa boyband luar negeri idola mereka akan hadir di kota mereka, Mei dan sahabatnya berusaha keras untuk bisa membeli tiket acara tersebut yang mahal bagi mereka. Akhirnya mereka membuat rencana, mereka mengadakan pertunjukan panda merah yang disukai semua teman-teman sekolahnya mereka membuka jasa foto bersama panda merah dan harus membayarnya. Mei asyik dengan rencana tersebut, sampai dia lupa bahwa ibu Mei melarang mengeluarkan panda tersebut. Singkat cerita waktu ritual tiba, tetapi Mei menolak menghilangkan kutukan itu, dia merasa nyaman dengan kutukan tersebut karena sahabatnya tidak menjauhinya bahkan mereka senang dengan kondisi Mei. Mei merasa nyaman dengan dirinya yang setengah panda, walaupun ibunya sangat tidak menyetujui hal itu, tetapi akhirnya ibunya pun sadar bahwa dia tidak bisa melaksanakan semua kemauannya terhadap anaknya karena anaknya berbeda dengan dia. Akhirnya ibu Mei menerima pilihan Mei, dia juga menerima Mei tetap berteman dengan sahabat-sahabatnya tersebut. Walaupun Mei sudah bebas dari tuntutan ibunya, tetapi Mei tidak menghilang kebiasaannya baik yang telah dibangun ibunya, dia tetap menjadi murid yang pandai dan rajin di sekolah.

Dari cerita film yang dikisahkan oleh temanku, aku sedikit mengambil pelajaran bahwa ketika kita sebagai anak mendapat penolakan dari orang tua bukan berarti kita salah, kita berhak menjadi diri kita sendiri, namun tetap harus menjaga adab-adab kepada orang tua, karena yang orang tua mau pastilah yang terbaik untuk kita. Kemudian dari film tersebut aku juga belajar ketika kelak menjadi orang tua ada baiknya kita melihat dan menganalisis bagaimana potensi anak, apa yang dia suka, apa yang menjadi kegemarannya, sehingga tak perlu anak selalu kita paksa menjadi apa yang kita mau, dukunglah setiap impian anak selama itu adalah kebaikan, setiap anak punya versi dirinya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun