Persepakbolaan Indonesia kembali menjadi sorotan. Bukan menjadi sorotan dunia internasional tetapi persepakbolaan kita sedang disorot oleh publik sendiri. Lantas perkara apa yang menjadi sebabnya? Bila Anda selalu mengikuti sepak bola Indonesia tentunya Anda sudah mengetahui apa jawaban dari pertanyaan tersebut.Â
Penunjukkan Alfred Riedl sebagai pelatih tim senior Indonesia menjadi buah bibir di tengah – tengah publik sepak bola kita akhir – akhir ini. Walau sempat membawa Indonesia menjadi runner up di Piala AFF Suzuki Cup 2010 lalu, kegagalan totalnya di Piala AFF 2014 menjadi catatan buruk yang menodai kiprahnya bersama Merah Putih
Muncul secara tiba – tiba sebagai pelatih anyar timnas membuat banyak orang bertanya – tanya. Ini wajar saja, karena selama bursa pemilihan pelatih timnas nama yang digadang – gadang menjadi pertimbangan PSSI ialah Rahmad Darmawan, Indra Sjafri dan juga Nil Maizar. Dengan kondisi tersebut, banyak pihak -mulai dari penggemar timnas hingga pengamat sepak bola- mengkritik keputusan PSSI untuk meminggirkan calon - calon yang sudah ada demi menggaet Riedl.
Setelah resmi ditunjuk sebagai pelatih timnas, Alfred Riedl mengungkapkan targetnya untuk membawa Indonesia melaju hingga partai final AFF Suzuki Cup 2016. Menurutnya, Indonesia bisa saja menjadi seperti Leicester City yang memberikan kejutan bagi tim – tim lainnya. Walaupun targetnya secara pribadi adalah lolos ke final, PSSI enggan memberikan target tinggi. Persiapan yang tergolong mepet (hanya 5 bulan) membuat PSSI belum berani memberikan target yang tinggi untuk menantang Riedl. Meski tidak dibebani target yang berat oleh PSSI, beberapa tantangan sebetulnya sudah menanti Riedl. Satu di antaranya ialah memperbaiki citra persepakbolaan Indonesia. Berikut ini adalah ulasan mengenai tantangan – tantangan yang sudah menanti Alfred Riedl sebelum dan selama gelaran AFF Suzuki Cup 2016.
Perbaiki Citra Timnas
Pembekuan PSSI oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia menjadi awal kelabu persepakbolaan Indonesia April 2015 lalu. Alih – alih membenahi kondisi internal PSSI, apa yang dilakukan oleh Kemenpora justru membuat FIFA menjatuhkan sanksi larangan tampil di ajang internasional bagi timnas.  Setahun berselang, tepatnya Mei 2015 sanksi ini dicabut dan Indonesia bisa tampil di ajang AFF 2016.
Keikutsertaan timnas di ajang AFF menghadirkan tantangan untuk memperbaiki citra sepak bola Indonesia di kancah internasional. Dalam 5 tahun terakhir Indonesia sudah pernah menerima 2 sanksi dari FIFA. Dengan tampil baik di piala AFF tentu dapat memperbaiki citra sepak bola Indonesia. Bagi saya sendiri lolos dari fase grup sudah mampu menangkat derajat sepak bola Indonesia. Apalagi bila berhasil juara hanya dengan waktu persiapan selama 5 bulan! Bukankah begitu bolamania?
Membangun Ulang Timnas
Tidak tampil di ajang internasional selama setahun lebih tentu berdampak cukup besar bagi Indonesia. Peringkat timnas yang terus turun menjadi salah satunya. Selain itu, kita juga menjadi buta akan peta kekuatan negara – negara lain, termasuk lawan – lawan di AFF 2016 seperti Malaysia dan Singapura. Satu dampak lain yang cukup vital ialah Indonesia perlu membangun ulang kompoisi pemain timnas. Tetapi di balik dampak ini terdapat hikmah bagi pemain berdarah Indonesia, yakni kesempatan membela negara kembali terbuka.
Bagi Riedl, ini menjadi salah satu tantangan berat yang sudah menunggunya. Selain merekrut pemain untuk menjalani AFF 2016, pemain – pemain yang ia panggil tentu akan dijadikan acuan juga untuk menjalani ajang internasional lainnya sehingga Riedl tak boleh sembarangan. Boleh dikatakan pemain – pemain yang akan dipanggil Riedl diharapkan mampu menjadi tulang punggung timnas di ajang berikutnya (terlepas masih atau tidaknya mereka dilatih oleh Alfred).
Menjawab Segala Kritik