Tercantumnya nama Ignasius Jonan dalam daftar menteri yang terkena reshuffle membuat cukup banyak masyarakat Indonesia terkejut. Reaksi – reaksi masyarakat yang menyayangkan digantinya Jonan dari kursi Menteri Perhubungan RI bermunculan di media sosial selepas Presiden Jokowi mengumumkan siapa–siapa saja yang mesti angkat kaki dari ‘kesebelasan’ racikannya. Selain Jonan, digantinya Anies Baswedan pun disayangkan oleh banyak pihak.
Selain membawa kekecewaan, momentum reshuffle pekan lalu juga membawa masyarakat untuk berspekulasi mengenai apa alasan Presiden Jokowi mengganti Ignasius Jonan. Kemacetan parah Brexit dan penolakan Jonan terhadap proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung diduga kuat sebagai alasan utama tercoretnya Jonan.
Bagi saya pribadi spekulasi mengenai alasan tersebut memang masuk akal. Namun, saya tidak begitu terhanyut dalam spekulasi alasan pencoretan Jonan. Momentum reshuffle kemarin justru membawa saya pada titik penyadaran akan sesuatu, penyadaran bahwa Jonan memiliki nasib yang sama dengan eks Manajer United asal Belanda, Louis van Gaal.
Ditunjuk Setelah Pesta Akbar
Tahun 2014 menjadi waktu dimana 2 pribadi dengan keahlian yang berbeda (Jonan dan van Gaal) mengemban tugas baru dalam karirnya masing - masing. Igansius Jonan dipercaya untuk memegang amanah sebagai Menteri Perhubungan sedangkan Louis van Gaal ditunjuk untuk melatih salah satu klub terbesar di dunia, Manchester United. Dua – duanya belum pernah mengemban tugas ini sebelumnya. Selain itu, mereka juga ditunjuk selepas pesta akbar di ‘tempat’nya masing – masing.
Penunjukan Jonan dilakukan selepas pesta akbar demokrasi bangsa Indonesia, yaitu Pemilihan Umum tahun 2014 dimana Jokowi – JK terpilih sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2014 – 2019. Prestasi yang sudah ditorehkan Jonan selama menjabat sebagai Direktur Utama PT KAI membuatnya dipercaya untuk menangani urusan transportasi di Indonesia.
Senasib dengan Jonan, pelatih berpengalaman Louis van Gaal juga ditunjuk setelah berakhirnya pesta akbar sepak bola sejagad, FIFA World Cup 2014. Selain karena pengalamannya, prestasi mengesankan van Gaal selama Piala Dunia juga mampu meyakinkan petinggi United untuk mempercayakan tim Setan Merah di bawah pimpinannya.
Enggan Mundur
Selama menjalani jabatannya masing – masing, Jonan dan van Gaal pernah mengalami masa – masa dimana mereka dituntut untuk mundur dari jabatan mereka. Kemacetan panjang saat libur akhir tahun 2015 dan saat lebaran 2016 membuat Ignasius Jonan dituntut untuk mundur. Kendati demikian, Jonan enggan untuk mundur dan memutuskan untuk tetap bertahan sebagai Menteri Perhubungan.
Sama seperti Jonan, LvG juga dituntut mundur oleh fans United karena kemacetan - bukan kemacetan kendaraan tentunya. Selama ditukangi oleh LvG, fans MU melihat United justru mengalami kemacetan setiap memegang bola. Arahan untuk mengendalikan permainan lawan lewat penguasaan bola justru membuat pemain MU terlihat kebingungan untuk mengalirkan bola dan membuat peluang menciptakan gol.
Tuntutan mundur ini semakin menguat di akhir tahun 2015, dimana MU menjalani 8 laga tanpa kemenangan! Walaupun terus dituntut mundur oleh fans dan dipojokan oleh berbagai media, van Gaal tetap memutuskan untuk bertahan dan menghabiskan musim 2015 / 2016 secara penuh.