Mohon tunggu...
Afriadi Samuel Sihombing
Afriadi Samuel Sihombing Mohon Tunggu... -

Seorang anak muda pecinta sepak bola, terutama Manchester United

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Berada di Papan Atas, Sebuah Kejutan dari Madura United

22 Juli 2016   14:57 Diperbarui: 22 Juli 2016   15:06 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : timesindonesia.co.id

Kemenangan Arema pada Senin lalu (18/07) membuat saya kembali meniatkan diri untuk mengikuti perkembangan ISC A. Liburnya kompetisi – kompetisi Eropa bukanlah penyebab mutlak bagi saya untuk kembali meluangkan waktu menonton (lagi) pertandingan – pertandingan ISC A. Sesi bincang – bincang komentator (itu loh, sesi prediski sebelum pertandingan) yang justru membuat saya kembali tertarik mengikuti perkembangan ISC A 2016. Kalimat “mampukah Arema merebut kembali puncak klasemen dengan mengalahkan Persela Lamongan dalam Derby Jawa Timur hari ini” awalnya tidak menimbulkan rasa penasaran saya. Toh, di hampir setiap liga pun, kalimat ini rasanya sering diucapkan oleh komentator. Namun, ketika tabel klasemen dimunculkan saya sedikit terkejut melihat siapa yang berada di posisi pertama.

Bukan Mutiara Hitam atau Laskar Wong Kito yang merajai ISC A sampai pekan ke – 10 lalu. Adalah tim berlogo banteng, yaitu Madura United yang mampu mengejutkan saya dengan merebut singgahsana puncak klasemen sementara. Walaupun sempat terkejut, beberapa menit kemudian saya berkata dalam hati “palingan ini kejutan di awal musim, toh baru 10 pertandingan juga”. Tanpa bermaksud meragukan, prediksi ini didasarkan pada pengalaman di liga – liga top Eropa yang sudah saya ikuti, dimana memang selalu ada tim – tim kejutan yang sbercokol di papan atas klasemen dalam beberapa pekan awal liga .  

Sumber : ngonoo.com
Sumber : ngonoo.com
Berdasarkan contoh kasus Liga Primer Inggris 2015 / 2016 lalu, ada 3 tim yang mampu masuk papan atas, yaitu West Ham United, Leicester dan juga Crystal Place. Akhir ceritanya? Masing – masing punya prestasi yang berbeda, dimana Leicester City menjadi kampiun, West Ham finish di posisi 7 dan Palace, mesti puas di posisi 15 dengan perjuangan susah payah lolos dari degradasi. Pembanding lainnya adalah musim 2014 / 2015 dimana pada pekan yang sama, Southampton (di posisi 2), West Ham (di posisi 5) dan Swansea City (di posisi 6) juga tampil mengejutkan dengan masuk zona kualifikasi liga Eropa (UCL dan UEL). Hanya saja pada musim 2014/2015 tidak ada yang mampu bertahan di zona kualifikasi liga Eropa dengan hasil akhir Soton di posisi 7, Swansea di posisi 8 dan West Ham di posisi 12. Dengan mempertimbangkan contoh kasus tadi,  di akhir musim Madura United bisa saja tetap di papan atas klasemen atau malah mengikuti jejak Crystal Palace yang terlempar ke luar dari 10 besar.

Kejutan dari MU ini membuat saya tertakir untuk menganalisis faktor atau kekuatan yang dimiliki oleh Madura United. Dengan berbekal menonton pertandingan Madura United melawan PSM Makassar saya mencoba menganalisis faktor – faktor yang bisa membuat Madura United berada di papan atas klasemen hingga saat ini.

Tidak Banyaknya Pemain Bintang.

Bagi saya faktor inilah yang akan menjadi kunci untuk membuat Madura United bisa tampil solid hingga akhir musim nanti. Ketika saya googling untuk mencari tahu bagaimana komposisi pemain MU hanya beberapa pemain cukup familiar bagi saya. Fabiano Beltrame, Bayu Gatra dan Pablo Rodriguez adalah nama – nama tersebut, sisanya mungkin saya lupa – lupa ingat. Saya pun mengambil kesimpulan bahwa Madura United ini bukanlah tim yang bertabur bintang seperti Persib Bandung, Persipura ataupun Sriwijaya FC. Namun, mereka berhasil merangsek ke papan atas dan sempat merajai klasemen papan atas ISC A di pekan ke-10.

Tidak banyaknya pemain bintang dalam suatu tim memang dapat membawa pengaruh yang baik bagi tim. Kondisi ini membuat tim tidak akan bergantung pada 1 atau 2 orang saja di lapangan, sehingga seluruh pemain akan mencoba untuk bermain sebagai 1 tim. Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana Portugal berhasil menjuarai Piala Eropa tanpa seorang Cristiano Ronaldo. Saya rasa itu juga yang saat ini membuat Madura United berhasil meraih 7 kemenangan dari 11 pertandingan yang mereka mainkan

Permainan Umpan – umpang Panjang

Kendati memiliki singkatan yang sama dengan Manchester United, Madura United justru tidak memiliki filosofi yang sejalan dengan Setan Merah. Bukan mengutamakan penguasaan bola seperti yang ditunjukan United dalam 2 musim terakhir, Madura United arahan Gomez de Oliviera justru memilih untuk memainkan bola – bola panjang (seperti dalam pertandingan melawan PSM Rabu lalu). Lalu seperti apa hasilnya? Setidaknya ada 3 peluang (yang saya ingat) berawal dari skema umpan panjang Madura United.

Yang pertama ialah insiden jatuhnya Pablo Rodriguez di kotak terlarang. Berawal dari kesalahan bek PSM dalam melakukan passing, pemain MU yang menerima bola langsung mengirim bola menuju kotak pinalti lawan. Pablo Rodriguez yang mampu meraih bola tidak bisa mengontrolnya karena dilanggar oleh kiper PSM. Pablo  sebagai eksekutor sukses mengeksekusi penalti.

Lalu Anda tentu ingat 2 peluang Slamet Nurcahyo bukan? Peluang – peluang itu berawal dari umpang panjang. Erick Weeks yang menerima bola dari lini belakang meneruskannya kepada Slamet. Sayangnya Slamet Nurcahyo belum mampu mengkonversi menjadi gol. Walau hanya berhasil berbuah satu gol, permainan umpan panjang yang ditunjukan MU bisa menimbulkan ancaman bagi lini belakang lawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun