Semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula anginnya, demikian juga Industri kelapa sawit yang merupakan penghasil devisa nomor satu di Indonesia sekitar 300 Triliun/tahun dengan  yang bekerja baik langsung maupun tidak langsung mencapai 25 juta orang selalu mendapatkan  tekanan atau boikot dari Amerika Serikat dan Eropa. Di penghujung tahun 2020 di hebohkan boikot oleh Amerika Serikat dalam suatu laporan di sebutkan 'Perintah boikot tersebut merupakan hasil dari penyelidikan selama setahun yang mengungkapkan adanya penipuan,pembatasan pergerakan, isolasi, intimidasi,kekerasan fisik dan seksual terhadap tenaga kerja. Isu ini hal yang terbaru yang biasanya ' Kampanye hitam' tidak lepas masalah pengrusakan hutan dan kerusakan lingkungan. Namun sebenarnya di balik semua isu tersebut terselip pesan 'perang dagang' dimana baik Amerika Serikat dan Eropa berusaha menlindungi sejenis baik minyak kedelai dan bunga matahari, dan tidak bisa dipungkiri bahwa kelapa sawit hanya membutuhkan 0,26 Ha untuk menghasilkan 1 ton minyak sementara, untuk menghasilkan minyak kedelai dan bunga matahari membutuhkan lahan 2 ha dan 1,5 ha artinya produktivitas kelapa sawit 5-6 kali lipat di banding minyak sejenis yang di hasilkan oleh Amerika Serikat dan Eropa.
Dari berbagai isu yang ada kami yang sering di sebut  sebagai planter yang merupakan satu bagian kecil dari Industri kelapa sawit ini akan menyikapi dengan perubahan-perubahan yang sebenarnya telah lama para planter lakukan namun tidak terekspos secara masif . Pola pikir dan pemahaman tentang industri sawit telah berkembang secara dinamis mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman, kalau saya mengatakan sejak tahun 2000 an telah muncul istilah 'Planter Milenial'.
Planter milenial yang telah mengikuti proses training sebelum masuk kebun telah di bekali pemahaman, aturan yang berlaku atau peraturan pemerintah yang mesti ditaati dan memperlakukan pekerja sebagai aset dan berkerjasama secara baik dan juga dibekali pengunaan teknologi seperti PDF MAP atau Avenza,GIS, Penguasaan laporan berbasiskan komputer dan teknologi yang lain, dan banyak Planter Mileneal di bawah usia 35 telah mencapai posisi General Manager.
Siapa bilang, Planter milenial tidak menghargai hak-hak para wanita dalam bekerja, gambar di bawah ini akan menunjukan bagaimana cara kami menghargai pekerja sebagai asetÂ
Soal sampah kami tidak mau kalah juga dengan kota-kota besar dalam memperlakukan sampah, foto di bawah ini bagaiman kami mengelola sampah
Kebijakan zero burning untuk pembukaan areal baru telah di ikuti sesuai dengan peraturan pemerintah bahkan kami planter milenial terjun langsung dalam mengawal KARHUTLA bekerja sama dengan instansi setempat.