Mohon tunggu...
Afrilia Utami
Afrilia Utami Mohon Tunggu... -

talk less, doing better.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

api dalam sepi terakhir

25 Desember 2011   12:07 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:46 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

api terus berkobar membakar tubuhku, anatha. tubuhku akan hangus sama seperti kayu yang telah menjadi abu, karena api. anatha, pergilah dan berlari jangan terlalu dekat dengan denganku. api ini akan mengikuti bathin, dan tangisan adalah bahan bakarnya. jangan menangis, untuk aku. jangan mengurung bulan itu di dekatku. langit tampak padam, dan hanya panas api yang membakar tubuhku juga bulan yang hampir separuh terlahap mulut naga.

anatha, pergilah. jangan berbalik, biarkan api dan tubuhku padam dengan sendirinya. melangkahlah terus, ikuti lampu-lampu di depan sana. tetapi jangan mengikuti lampu palsu yang terlalu menyilaukan sepasang matamu, anatha. ikutilah anak-anak mungil yang sedang bermain, menyebrangi jembatan untuk bertemu dengan kehidupan. jangan katakan, malam telah hilang diporandakan api. jangan katakan api telah membuat rapuh dan mati. jangan, anatha. karena api, aku menyuruhmu pergi untuk mengenal tanah, air, dan udara. supaya kau dapat kembali ke asalmu, tempat tiada yang terbakar dan hangus seperti kayu itu.

"tapi, aku tak dapat pergi. dan karena api, mataku telah terbakar dan tak bisa melihat!"

bukan karena api. bukan. hanya saja kau terlalu dekat dengan api. dan melihat bagaimana rasanya matamu terbakar padahal panasnya bukan api, dan yang membakar bukan api, hanya setelah sentuhnya terjebak dalam ilusi-ilusi yang menakutkan. anatha, api itu membawa malaikat dengan sayap yang ketujuhnya telah terbakar, dan ia tak dapat pulang. tersalib di sini, bersamaku, anatha. bulunya telah hangus juga kulitku. dan jantungku yang kini melolonglolong, dan tanganku yang telah patah masih ingin menuliskan sesuatu sehabis api itu, melahapku.

anatha pergilah

ini malam

sudah larut

dan

malam.

api-api

membakar hati

yang

tak hati-hati

ingatlah, anatha

jangan terbakar

seperti kayu

jangan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun