Mohon tunggu...
Afrilia Utami
Afrilia Utami Mohon Tunggu... -

talk less, doing better.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepasang Kelinci di Kemudian Hari

26 Desember 2011   09:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ya, hanya dari sepasang kelinci itu, anatha. setelah aku pulang dari rumah sakit, memeriksakan keadaanku yang kurang baik. tapi, tak apa kukira. rumah sakit di sini jarang sekali teliti memeriksa pasiennya, kukira hal yang sama dilakukan oleh dokter itu. dan suster yang cantik, membantuku untuk mudah memindahkan tubuhku. tapi, anatha. aku tidak bosan membayangkan, ada sepasang kelinci kecil yang berloncatan di sini. kukira menarik sekali menyaksikan keduanya. mereka lucu sekali sekali ya, anatha. dan seperti di taman biasanya, mereka tak memiliki kandang, dan bebas untuk berloncatan dan berpasangan. anatha, aku akan baik-baik saja. jangan khawatirkan itu. aku tidak akan mati setelah dokter itu memvonis kematianku. nyatanya aku selamat dan tetap hidup juga menuliskan ini untukmu, anatha. agar kau menyadari, aku selalu bertahan dan melawan jika itu perlu. lihatlah kembali, sepasang kelinci itu mendekatiku perlahan. matanya merah, tubuhnya seperti hangat oleh buntelan bulu berwarna putih. anatha, siapa nama kelinci ini? kukira dia belum memiliki nama, karena aku yang menemukan pertama kali. baiklah yang satu ini aku beri nama surya, dan katamu kelinci yang dipelukanmu kau beri nama purnama. dan mereka akan selalu setia saling melengkapi, anatha. jangan bilang aku sedang terbaring di sini, anatha. dan berusaha keras menggerakan jari-jariku untuk menceritakan ini. aku masih ingin menulis, itu saja anatha. itu saja obatku, anatha. itu saja. aku tak peduli ada yang membaca atau tidak. aku sudah menulisnya, dan itu cukup setidaknya bagiku, anatha. itu cukup membuatku merasakan bebanku berkurang sedikit saja. anatha, jangan kecewakan aku. kau akan melihat hujan itu begitu nyata bagimu, dan aku tidak bisa, anatha. tapi, aku selalu berusaha membayangkan suara hujan di luar sana sedang membasahi tubuhku juga. katamu, kau kerap menuliskan rangkaian naskah, untuk dijadikan buku, dan itulah katamu "aku menciptakan buku ini, setelah aku menemuimu bahkan dalam proses aku membuat naskah-naskah ini, selalu aku temukan kau, alika. dalam buku-bukuku aku menuliskanmu." anatha, bukan lilin tanpa api. tapi kau tahu kematianlah yang bercerita sebelum kehidupan itu pun, ia meleleh, dan menyala-nyala.. sepasang kelinci sepasang kelinci hujan hujanan. 2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun