Mohon tunggu...
Afrilia Miftah
Afrilia Miftah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis dan Memasak

Selanjutnya

Tutup

Raket

Usaha Takkan Menghianati Hasil!

16 Juni 2024   10:51 Diperbarui: 18 Juni 2024   14:16 1027
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Ketika menjadi Fasilitator Moderasi Beragama, di Kampung Moderisasi juara 1 tingkat Nasional di Desa Rama Agung Bengkulu Utara (Sumber: Foto Pribadi)

Bengkulu -- Seorang wanita yang berasal dari sebuah desa kecil di provinsi Bengkulu mempunyai semangat dan tekad yang kuat untuk meraih pendidikannya. Upiah Namanya, atau lebih akrab di penggil Upik. Upik yang dahulunya hannya seorang anak desa bercita-cita menggapai gelar sarjana, hingga harus menjalani masa kecilnya dengan penuh tantangan dan keterbatasan. Upik berasal dari keluarga yang kurang mampu secara finansial. Namun, dengan tekad dan semangat yang kuat, ia berhasil mengatasi segala rintangan dan meraih gelar sarjana.

Sejak kecil, Upik telah menunjukkan kecerdasan dan keinginan yang kuat untuk belajar. Namun, jalan menuju pendidikan tinggi tidaklah mudah. Di usia yang masih sangat muda, Upik harus membantu orangtuanya berjualan untuk membiayai sekolahnya. Setiap hari sepulang sekolah, ia membantu menjual hasil kebun keluarganya di pasar lokal. Pendapatan dari penjualan tersebut digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan membayar biaya pendidikan.

Meskipun sibuk membantu keluarganya, Upik tidak pernah mengabaikan pelajarannya. Dengan dukungan dan semangat dari guru-gurunya, ia berhasil meraih nilai terbaik di sekolah. Hingga tiba waktunya Upik harus melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) kali ini tidak sendiri Upik di bantu oleh kaka tertuanya untuk mencari sekolah yang pada saat itu belum adanya sekolah menengah atas di desanya. Kakanya mencari cara agar Upik tetap bisa melanjutkan pendidikannya.

Curup merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Bengkulu, disana Upik mengabdikan dirinya untuk meneruskan pendidikannya. Pilihan ini diambil karena melihat kota tersebut adalah kota yang kecil, sang kaka berfikir dengan Upik melanjutkan pendidikan disini dapat memungkinkan untuk Upik berjalan kaki ke sekolah sehingga dapat menghemat biaya. Di Curup, Upik tinggal di salah satu rumah kerabatnya dengan hidup mandiri.

Hidup mandiri sejak usia muda membuatnya semakin tangguh. Ia mengurus segala keperluannya sendiri, mulai dari memasak hingga mengatur keuangan. Kondisi ini mengajarkannya banyak hal tentang kedewasaan dan pengelolaan waktu. "Saya yakin suatu saat nanti semua perjuangan ini takkan sia-sia," ujar Upik. Meskipun demikian, Upik tetap berprestasi di sekolah menengah atas. Keberhasilannya tidak terlepas dari dorongan guru-guru yang selalu menyemangatinya.

Setelah lulus SMA, Upik memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. Pada tahun 1993, Ia diterima di IAIN Raden Fattah kelas jauh Palembang. Sebuah pencapaian besar mengingat latar belakang keluarganya yang kurang mampu. Namun, perjalanan Upik tidak berhenti di situ. "Upik..Upik...ngapain sekolah tinggi-tinggi, kamu cuma seorang anak desa, orangtua mu mana mampu biayain sekolahmu," ujar salah satu tetangganya.

Ucapan seperti itu sudah sering ia dapati bahkan, Ketika ia pulang ke kampung halamannya. Namun, itu menjadikannya acuan semangat yang harus ia buktikan ke semua orang bahwa ia mampu meraih cita-cita dengan caranya. Bahkan, Upik adalah satu-satunya mahasiswa yang ada di desanya. Ia menjadi pencetus pertama yang berhasil menapaki pendidikannya hingga ke perguruan tinggi.

Di IAIN Raden Fattah kelas jauh Palembang atau sekarang di kenal sebagai UINFas Bengkulu, Upik harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan lebih kompetitif. Dengan tekad yang sama seperti sebelumnya, ia berjuang keras untuk menyelesaikan studinya. Upik dikenal sebagai mahasiswa yang gigih dan rajin. Meskipun keterbatasan finansial masih menjadi masalah utama, ia tidak pernah menyerah.

Untuk bertahan hidup, Upik sering mengunjungi rumah kerabat untuk makan sebanyak banyaknya dan ia berpikir dengan ia makan sebanyak-banyaknya dapat menjadi bekal untuk ia tidak makan dalam 3 hari kedepan. Namun, itu menjadikannya tidak bisa bergerak untuk berjalan. Dengan kondisi seperti ini mengajarkan Upik untuk tetap bersyukur dengan apa yang ia miliki.

Pada tahun 1998, Upik berhasil lulus S1 dengan predikat cumlaude. Perjuangan yang di lalui tidak sia-sia begitu saja, Ia menjadi seorang sarjana S1 yang mengharumkan nama orangtua dan kampung halamannya. Semua pencapaian itu tidak luput dari do'a orangtua dan kerja kerasnya selama ini. Perjuangannya tidaklah mulus namun ia selalu yakin dengan hal indah yang akan mengahampirinya di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun