Mohon tunggu...
Sitha Afril
Sitha Afril Mohon Tunggu... Freelancer - BINUSIAN

Saya hanya seorang pembelajar yang terkadang "absurd" dalam menyikapi fenomena di sekitar. Jadi, jangan terkejut jika tulisan-tulisan saya pun "absurd", he-he!

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Lamun di Tepi Toba

24 Mei 2020   23:19 Diperbarui: 24 Mei 2020   23:31 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku kira, tepian Toba di malam hari tidak akan sedingin ini. Ternyata aku salah, Mas. Toba lebih dingin dari kita yang telah canggung. Semilir anginnya menusuk jantungku yang sudah lama mengerang karena terinfeksi luka darimu.

Oh, salah, salah.

Bukan darimu, tapi dariku sendiri. Iya, dari aku yang dulu sepercaya itu pada harap-harap semu. Harap yang selalu aku diktekan pada Tuhan, sekalinya aku tahu bahwa kemustahilan adalah ujung dari setiap paksaan yang aku tuntutkan.

Tapi meskipun begitu, aku tetap bersyukur telah menginjakan kaki di danau yang selalu kamu banggakan. Danau yang sering kamu ceritakan keelokannya dengan penuh semangat dan danau yang dulu sempat kamu janjikan akan menjadi tempat kita membunuh waktu selanjutnya.

Kini, semua itu hanya menjadi pemantik lamunku yang mulai nyaman dengan semilir angin dan suara air danau yang sayup-sayup terdengar gemericik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun