Tanggal 20 Oktober 2019, dengan resminya dilantik Presiden Jokowi untuk periode jabatan 2019-2024 menjadi akhir perjalanan kontestasi perebutan orang nomer satu di Indonesia. Dengan begitu pula diharapkan menjadi awal merajut Indonesia kembali, yang selama beberapa waktu lalu sempat terkotak-kotakkan karena sengitnya pertarungan kedua kubu dalam kontestasi tersebut. Sekarang tidak ada lagi pendukung paslon baik nomor 1 ataupun nomor 2, tapi yang tersisa hanyalah semangat bersama untuk membangun Indonesia yang lebih baik lagi.
Selain itu, political goodwill ditunjukkan oleh kedua kubu setelah ditetapkannya Presiden Jokowi melanjutkan jabatannya kedua kalinya. Hal itu bisa dilihat dengan beberapa kali pertemuan yang dilakukan oleh Prabowo dan Jokowi untuk menunjukkan bahwa kritikan-kritikan yang dikeluarkan hanya dalam konteks mencari gagasan atau kebijakan yang lebih baik untuk membangun Indonesia, terlepas dari itu keduanya merupakan saudara senegara.Â
Hal inilah yang seharusnya kita sebagai warga-negara mengambil pelajaran, pelajaran penting inilah yang selama beberapa bulan ini hilang dalam percakapan publik kita yang ada hanya, saling mengejek serta mendewakan paslon pilihannya.
Dan, dengan bergabungnya Pak Prabowo ke dalam jajaran kabinetsebagai Menteri Pertahanan, bisa menjadi bukti nyata aksi dari political capital tersebut. Ini menjadi pelajaran yang baik terkait dengan sikap kenegarawanan. Mungkin banyak yang tidak setuju dengan bergabungnya Pak PS ke dalam pemerintahan Presiden Jokowi, hal ini dituding sebagai bentuk pragmatism.Â
Tapi kalau kita lihat dalam gambaran yang lebih luas, peran baru ini bisa juga menjadi jawaban atas keraguan akan kepemimpinannya yang memang selama ini belum terbukti karena beliau selalu menjadi oposisi.
Dan, semoga saja ini benar-benar sebagai awal-mula kebangkitan serta kebersatuan Indonesia untuk mencapai kepentingan yang lebih tinggi yaitu memperbaiki nasib bangsa Indonesia. Dan, satu pelajaran penting lagi yang harus kita ambil dari seluruh kejadian peristiwa politik ini adalah jangan menjadi pendukung fanatik seorang figure di kancah perpolitikan, tapi dukung lah gagasan atau kebijakan yang dibawa oleh figure tersebut. Sehingga kita dapat menaikkan level kedewasaan politik serta menaikkan level percakapan publik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H