Ratusan hektar perkebunan milik warga, termasuk kelapa sawit, pinang, dan kopi, terendam banjir selama lebih dari satu pekan terakhir. Ketinggian air dilaporkan mencapai satu meter, mengakibatkan aktivitas pertanian lumpuh total.
Faiqul Hafidz Alhuamid, anggota Karang Taruna Desa Jati Emas, Kecamatan Bram Itam, menyampaikan bahwa "selama satu pekan terakhir, aktivitas pertanian masyarakat sangat terhambat oleh banjir yang tidak kunjung surut akibat pendangkalan sungai, sementara dari pemerintah setempat belum ada langkah serius untuk mengatasinya."
Pihaknya, bersama perangkat desa setempat, telah melakukan pertemuan untuk mencari solusi terkait banjir yang merugikan masyarakat tersebut. Namun, hingga kini, keluhan masyarakat tampaknya diabaikan oleh pihak pemkab.
Rohman, seorang petani pinang yang turut terdampak, mengungkapkan rasa kecewanya terhadap lambatnya respons pemerintah. "Kami mengalami kerugian besar. Banyak pohon pinang yang rusak akibat terendam air terlalu lama. Hasil panen yang seharusnya bisa kami jual kini tak lagi layak. Kami berharap pemerintah segera memberikan solusi konkret, bukan hanya sekadar mendengarkan keluhan kami," ujarnya. Rohman juga menambahkan bahwa banjir seperti ini seharusnya sudah dapat diantisipasi melalui pengerukan sungai.
Sementara itu, Silay, seorang pekerja pemanen kelapa sawit, mengungkapkan kesulitannya bekerja di tengah banjir. "Saya sebagai buruh panen sawit tidak bisa melakukan proses pemanenan sebagaimana biasanya karena banjir merendam perkebunan sawit tempat kami bekerja. Selain itu, saya juga merasa takut adanya ular yang berkeliaran saat banjir seperti ini. Kondisi ini benar-benar membuat kami tidak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga merasa tidak aman," katanya.
Ia berharap agar pemerintah  tetapi segera turun tangan untuk menanggulangi masalah ini. "Kami semua bergantung pada lahan ini. Jika terus terendam, kami kehilangan pekerjaan, dan perekonomian desa semakin terpuruk," tambahnya.
Selain menghambat aktivitas masyarakat, kerusakan yang diakibatkan banjir juga berpotensi menurunkan produktivitas perkebunan warga dalam jangka panjang. Warga berharap agar pemerintah kabupaten bersama pihak terkait segera turun tangan untuk melakukan pengerukan sungai dan mencari solusi permanen guna mencegah banjir serupa di masa mendatang.
"Ini bukan sekadar persoalan air menggenang, tapi juga soal keberlanjutan ekonomi masyarakat yang bergantung pada hasil perkebunan. Kami butuh tindakan nyata, bukan janji," pungkas Faiqul.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari pihak pemkab terkait penanganan banjir di Kecamatan Bram Itam. Sementara itu, warga terus berupaya menyelamatkan hasil perkebunan mereka yang masih bisa diselamatkan, meski dengan keterbatasan sarana dan sumber daya.