Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Strategi Menumbuhkan Budaya Baca di Sekolah Dasar

14 Juni 2023   01:25 Diperbarui: 14 Juni 2023   01:55 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: AmperaNews.com

Afriantoni 

Dosen Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang

Sungguh sangat miris jika melihat hasil riset tentang budaya baca di Indonesia. Pada bulan Maret 2016 lalu, Central Connecticut State University mengeluarkan hasil penelitian terkait “World Most Literate Nations”. Dalam penelitian tersebut, dari 61 negara yang disurvei, bangsa  Indonesia menduduki peringkat ke 60 tentang kebiasaan masyarakat dalam membaca dan dukungan untuk membaca dimiliki yang bangsa tersebut. Sedangkan negera maju seperti Amerika Serikat menduduki peringkat ke 7 dan Inggris ke 17.

Tentu saja, hasil ini menunjukkan minat dan kebiasaan membaca masyarakat Indonesia masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Di Amerika Serikat dan Inggris, ternyata kegiatan membaca dilakukan oleh warga di sana bukan karena keharusan, tetapi merupakan bagian dari kebiasaan membaca telah menjadi bagian dari keseharian warganya.

Selain itu literasi, persoalan di era modern sekarang adalah budaya baca siswa di tingkat Sekolah Dasar (SD) cenderung rendah. Menurunnya tingkat budaya baca saat ini disebabkan salah satunya adalah kemajuan teknologi komunikasi. Teknologi tersebut berupa; handphone, tablet, dan gadget. Kebanyakan siswa-siswa lebih menyukai bermain games melalui alat teknologi tersebut dari pada membaca.

Padahal dampak negatif dari bermain games tersebut cukup besar. Misalnya siswa semakin kurang bergaul, karena ia asyik dengan handphone, tablet, atau gadget. Akibatnya, kepribadian siswa semakin lama memiliki kecenderungan introvet. Pada perkembangan selanjutnya, siswa-siswa mengalami beban psikologis, dan sulit bergaul maupun berinteraksi sosial dengan baik.  

Selain itu, siswa-siswa tidak suka diganggu, jika ada orang yang mengganggunya maka ia akan melakukan pulukan atau bahkan melawan bahkan tidak segan-segan melempar dengan handphone, tablet, atau gadget yang dipegangnya kepada orang yang mengganggunya.

Sikap ini tentu sangat negatif bagi siswa-siswa, sehingga perkembangan pribadi mereka cenderung negatif dan individualis. Tentu saja siswa-siswa yang sudah terbiasa memiliki budaya seperti ini akan menambah beban sejarah dan psikologi mereka. Siswa-siswa dengan sikap perilaku seperti ini membuat mereka cenderung tidak menerima  hal-hal baru. Kemudian, kebiasaan mereka yang cenderung lebih suka berkelompok untuk mengganggu temannya yang lain.

Memang penggunaaan handphone, tablet atau gadget dapat pula memberikan dampak positif, misalnya siswa-siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah dari yang mereka tidak dikira atau pikirkan. Kemudian siswa memiliki kecerdasan yang dapat terus dikembangkan. Tetapi, tidak semua siswa memiliki atau bahkan mengalami kecerdasan dimaksud. Sebab setiap siswa pasti beda-beda dalam perkembangan kecerdasan dan kepribadian mereka.

Fenomena seperti di atas dialami oleh siswa di rumah yang kurang mendapatkan kontrol dari orang tua. Faktanya, banyak diantara orang tua juga asyik dengan handphone mereka sehingga lupa memperhatikan perkembangan siswanya yang sangat berpengaruh kepada tingkat belajarnya. Tingkat belajar ini pun menurun, karena tingkat membaca jauh dari mereka secara langsung.

Perlunya Budaya Baca

Keprihatian terhadap fenomena di atas, kiranya perlu dipikirkan kembali untuk mengembalikan budaya membaca dalam diri siswa. Mengingat angka literasi yang rendah di Indonesia, berbagai usaha untuk meningkatkan minat baca anak bangsa perlu dihargai.

Budaya baca itu memilliki peran penting terutama dalam rangka membuka cakrawala berpikir siswa. Membaca dapat membuat siswa memahami dan mengerti tentang ilmu pengetahuan. Sekolah sudah selayaknya menjadi sentral dalam memberikan dampak pertumbuhan tingkat membaca bagi siswa SD.

Pada dasarnya, budaya membaca siswa SD dapat menambah wawasan dan informasi tentang penambahan kosa kata baru, ilmu baru, dan makna kehidupan. Jika siswa SD sudah terbiasa membaca sejak dini. Bagi siswa SD, maka akan mudah baginya untuk meningkatkan kemampuan berbicara dan menulis.

Budaya membaca sebenarnya perlu terus dikembangkan sejak dini, akan siswa dapat meningkatkan kreatifitas otaknya, sehingga mereka akan lebih mudah untuk memahami orang lain, atau lingkung sekitar. Karena buku-buku sebagai pintu pembuka cakrawala dunia, sehingga pengetahuan siswa dapat lebih baik.

Selain itu, dengan senantiasa membaca buku,  para siswa akan mengurangi rasa cemas dan gelisah bagi mereka. Jika seorang siswa sibuk dengan membaca buku, maka terhindar dirinya kebodohan. Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak mau bekerja. Para siswa yang sering membaca dapat menjadi lebih luwes dan fasih dalam bertutur kata dan bicara.

Manfaat lainnya, dengan siswa terus membudayakan membaca membantu mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir mereka. Jelasnya, siswa yang banyak membaca buku, maka dapat meningkatkan pengetahuan, memori dan pemahaman siswa tersebut.

Dengan membaca, siswa dapat mengambil manfaat dari pengalaman orang lain: kearifan orang kebijaksanaan dan pemahaman para sarjana. Siswa yang sering membaca akan memiliki kemampuan untuk mendapat ilmu dan memproses ilmu pengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu dan aplikasinya dalam hidup. Membaca membantu seseorang untuk menyegarkan pemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkan waktunya agar tidak sia-sia.

Membaca merupakan suatu kewajiban yang dapat membuat siswa menjadi lebih baik dalam kehidupan mereka di masa mendatang. Oleh karena itu, siswa SD harus dididik untuk mencintai buku, sebab dengan membaca mereka akan berhasil baik di dunia maupun di akhirat.

Strategi Menumbuhkan Budaya Baca

Sebenarnya sangat sederhana untuk menjelaskan kegiatan membaca. Sesuatu yang pada awalnya tidak tahu, akan menjadi tahu. Ketika sudah tahu, informasi itu akan mudah tersampaikan kepada orang lain. Sehingga di samping rajin membaca, turut mengamalkan ilmu kepada orang lain. Informasi itu tersampaikan dan dipahami oleh orang lain, sudah berhasil untuk melakukan perubahan kecil pada hidup orang lain.

Untuk menumbuhkan budaya baca perlu upaya pembudayaan kembali. Tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus memiliki konsep dan strategi jangka panjang.  Perlunya peningkatan minat atau budaya membaca ini sebenarnya bisa dimulai dari sekolah melalui perpustakaan sekolah. Dalam pada itu, maka perpustakaan sekolah harus disediakan:

Pertama, Melengkapi Fasilitas Perpustakaan. Fasilitas perpustakaan harus diisi buka hanya buku-buku hibah yang “buangan” tetapi memang buku layak baca bagi siswa-siswa. Untuk memovitasi siswa, maka disiapkan ajang bermain, tetapi mereka diberikan target membaca masing-masing dengan menyediakan buku yang dapat mendorong perkembangan membaca siswa. Selain memiliki jumlah buku yang banyak untuk setiap judulnya, koleksinya pun beragam dan mencakup hampir seluruh topik. Selain itu, perlu juga di perpustakaan disediakan selalu hari mendongeng yang gratis untuk para siswa.

 Kedua, Program Reading Day. Budaya membaca ditumbuhkan dan dipelihara dapat dengan mudah ditemukan. Misalnya, sekolah mengadakan reading day setiap minggunya. Tetapi, program ini harus diatur oleh pihak sekolah. Program ini harus dilakukan bergilir oleh siswa, sehingga siswa peduli dan mau membaca. Program yang dilakukan akan membuahkan hasil, jika dilakukan secara konsisten dan terus menerus. Artinya, program ini harus menjadi budaya yang dengan sendirinya dapat berjalan dengan baik.

 Ketiga, Bentuk Komunitas Baca. Komunitas baca ini untuk level SD tidak bisa dilakukan oleh siswa, tetapi harus dimotori oleh dewan guru yang peduli untuk peningkatan minat baca siswa. Dari segi umur siswa mulai dari kelas 3-6 SD yang sudah memiliki kemampuan membaca yang cukup. Komunitas ini harus dilakukan bergilir untuk membaca buku. Mereka semua harus membaca, yanga awalnya hanya iseng atau memenuhi kewajiban menjadi kecintaan membaca buku.

Keempat, Program Sahabat Buku. Program sahabat buku ini merupakan komunitas yang mencintai buku, dan membuka menerima sumbangan buku untuk siswa-siswa dari para donatur. Donatur yang akan menyumbangkan buku harus mengerti buku yang layak untuk siswa-siswa. Sehingga siswa-siswa bertambah senang dan gembira berada di perpustakaan. Karena berpartisipasi untuk mengadakan buku-buku baru maupun bekas ke dalam perpustakaan, para siswa pun akan selalu menjadi sahabat buku.

Kelima, Duta Siswa Cinta Buku. Pemilihan duta baca siswa ini dapat memberikan motivasi bagi setiap siswa untuk berlomba-lomba menjadi yang terbaik di sekolah dalam hal membaca buku. Duta Siswa Cinta Buku ini harus diberikan penghargaan yang dapat diberikan melalui dana sponsor, baik berupa uang tunai, tropi, selempang Duta, maupun piagam yang dapat dikenang selama-lamanya oleh siswa tersebut.

Keenam, Menyediakan Children Centre. Perlu juga disediakan pojok buku yang berupa children center di salah satu ruang terbuka selain perpustakaan. Children centre ini dilengkapi dengan rak-rak buku besar yang berisi bacaan-bacaan bermutu. Program ini menjadi faktor penting dalam menunjang minat baca yang harus berukuran besar dan terkelola dengan sangat rapi.

Ketujuh, Lomba Membaca Cepat dan Tepat. Lomba ini akan mendorong siswa belajar membaca dengan cepat tetapi tepat. Terkadang banyak siswa yang tidak terlatih membaca cepat. Lomba ini sebagai upaya sekolah untuk menumbuhkan semangat kompetitif dan budaya membaca yang membahagiakan bagi siswa, sehingga siswa tidak terus terusan main games yang memiliki dampak negatif bagi budaya literasi para siswa.

Kedelapan, Lomba Membaca Lambat dan Mengerti Makna. Salah satu strategi agar siswa-siswa juga terlibat aktif dalam kegiatan yang dapat membaca dengan lambat dan mengerti makna-maknanya. Tentu saja lomba ini sangat penting karean akan memberikan pemahaman siswa pada suatu yang dibacanya dengan perlahan tetapi berusaha mengerti atau memahami maknanya.

Kesembilan, Lomba Menulis. Para siswa diberikan kesempatan mendapatkan berkompetisi dalam lomba menulis. Apa yang dibaca siswa harus diketahui seberapa jauh siswa menyerap hasil bacaannya, sehingga siswa mampu memiliki sebuah pemahaman yang ditunjang dengan perlombaan hasil bacaan setiap siswa.

Kesepuluh,Lomba Mading dan Bulletin Siswa. Lomba ini akan sangat memberikan dampak positif bagi siswa untuk menumbuhkembangkan pihak siswa agar mau melakukan perubahan dalam dirinya dengan menulis dan berkelompok. Tentu saja budaya baca yang diekspresikan dalam tulisan baik mading maupun bulletin sangat menunjang aspek literasi siswa.

Semua yang diuraikan di atas tentu harus disesuaikan dengan keadaan dan kondisi sekolah. Tetapi strategi yang turun menjadi program tersebut harus mampu mendorong para siswa untuk meningkatkan kebiasaan membaca sejak usia dini.(*)

Sumber Tulisan: http://amperanews.com/berita/detail/strategi-menumbuhkan-budaya-baca-di-sekolah-dasar

Terbit Online:  Tulisan ini diterbitkan oleh  AmperaNews.com pada tanggal 13 Oktober 2017, 18:53:30 WIB 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun