Mohon tunggu...
Akun tidak aktif
Akun tidak aktif Mohon Tunggu... Akuntan - Akun ini sudah tidak aktif

Akun ini sudah tidak aktif

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Candi Ratu Boko: Misteri yang Terlupakan

31 Agustus 2012   07:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:06 6099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Eh… liburan ini ke candi prambanan yuk!”

“Boleh, boleh… Sekalian aja ke candi ratu boko ya”

“Candi ratu boko? Emang dimana ? Aku baru denger ada candi yang namanya candi                      ratu boko”

“ Ah.. kamu ini, itu lho yang sebelah selatan candi prambanan!!”

Itulah mungkin kutipan percakapan yang membuktikan bahwa memang dewasa ini masyarakat pada umumnya kurang mengenal tentang candi ratu boko. Mereka seakan melupakan bangunan istana peninggalan kerajaan mataram kuno itu. Candi ratu boko mungkin kalah “tersohor” daripada candi Prambanan ataupun candi Borobudur. Padahal letaknya tidak jauh dari candi prambanan, yaitu sekitar 3 kilometer kearah selatan candi prambanan. Tepatnya di kecamatan Bokoharjo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Serkilas tentang sejarahnya, candi Ratu Boko, yang juga peninggalan kerajaan mataram kuno ini bermula dari seorang belanda bernama H.J. DeGraff pada abad ke 17. Ia mencatat bahwa orang-orang Eropa yang datang ke Jawa telah melaporkan keberadaan tempat peninggalan sejarah purbakala. Mereka menerangkan bahwa telah ditemukan reruntuhan bangunan istana di Bokoharjo, yang konon istana Prabu Boko, seorang Raja berasal dari Bali. Sedangkan kisah lain yaitu kisah prabu boko yang berkembang sebagai cerita rakyat kuno tanah jawa juga menyebutkan  telah ditemukannya reruntuhan bangunan istana pada jaman masuknya agama hindu persis ditempat yang dicatat oleh seorang Belanda tersebut. Namun, kutipan kisah Mas Ngabehi Purbawidjaja dalam Serat Babad Kadhiri mungkin yang lebih jelas menggambarkan keberadaan candi Ratu Boko yang dipenuhi pesona mistis didalamnya. Adapun kutipannya sebagai berikut :

Alkisah pada suatu ketika, bertahtalah seorang Raja yang bernama Prabu Dewatasari di Kraton Prambanan, namun banyak diantara rakyatnya yang menyebut juga bahwa Raja Prambanan adalah Prabu Boko, seorang Raja yang ditakuti karena konon menurut cerita, Prabu Boko gemar makan daging manusia. Dan ternyata, sesungguhnya Prabu Boko adalah seorang perempuan, yaitu permaisuri Raja Prambanan yang bernama asli Prabu Prawatasari. Prabu Boko adalah perempuan titisan raksasa yang bernama Buto Nyai, meskipun begitu, kecantikannya tidak ada yang menandingi di wilayah Jawa Tengah kala itu.   Dan karena postur badannya yang tinggi melebihi rata-rata tinggi orang dewasa di masa itu, maka dia juga mendapat nama alias atau julukan Roro Jonggrang. Setelah melahirkan putranya, Prabu Boko mempunyai kebiasaan memakan daging manusia. Dan karena perbuatannya tersebut, sang Raja Prabu Dewatasari murka dan mengusir permaisurinya meninggalkan istana. Kepergian sang permaisuri meninggalkan luka bagi Raja dan putranya yang masih bayi. Akhirnya dibuatlah patung dari batu yang menyerupai istrinya yang kini dikenal dengan Roro Jonggrang.

Setelah mengulik sejarahnya, tak afdol rasanya bila kita tidak mengulas tentang bentuk candi ratu boko. Bila ditilik, candi ini memang tak semegah candi Borobudur atau secantik Candi Prambanan. Bangunan candi ratu bokoini merupakan hasil pemugaran, dengan batu-batu candi yang terlihat masih baru. Selain itu, candi ini memilikifungsi tempat tinggal, ditandai dengan adanya atap dan tiang. Adapun bagian candinya, candi ini terbagi dalam 4 bagian yaitu bagian tengah, tenggara, timur dan barat. Bagian tengah candi ini terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Kemudian, bagian tenggaranya Pendopo, tiga candi, kolam, balai serta kompleks Keputren. Dibagian timur terdapat kompleks gua, Stupa Budha, dan kolam. Sedangkan bagian barat sisanya hanya perbukitan saja.

Sungguh, semua kisah legenda dan catatan sejarah lewat temuan prasasti, serta perubahan dari zaman ke zaman candi ratu boko kian mempertegas bahwa siapapun yang hidup di era sekarang ini sebenarnya sama jauhnya dengan misteri sejarah dibalik keindahan situs Istana Ratu Boko. Namun jauhnya kita dengan misteri sejarah tersebut bukan menjadi alasan untuk kita melupakan candi ratu Boko bukan?. Kita seharusnya  peduli dan tidak melupakan kedamaian di candi Ratu Boko. Kedamaian yang muncul dari perbukitan boko yang letaknya tidak terlalu jauh dari kemajuan kehidupan kota yang masih sangat bisa dirasakan hingga kini. Kedamaian itu ada, namun kehidupan kota itu seakan telah membutakan para masyarakat atau wisatawan untuk mengunjungi candi ratu boko. Mungkin karena derasnya arus globalisasi juga, masyarakat seperti mengacuhkan sejarah. Mereka melupakan peninggalan-peninggalan arkeologi. Mereka melupakan candi Ratu Boko yang masih memiliki peran besar sebagai tempat belajar, belajar menghargai kehebatan bagaimana konstruksi material batuan yang besar ini bisa disusun rapi di puncak bukit di masa itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun