Mohon tunggu...
Afri Wulandari
Afri Wulandari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pengajar di Bintang Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Banyak Cara Mendapatkan Tiket Kereta

10 November 2014   06:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:12 2832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415553874756785307

Pelayanan publik khususnya bidang transportasi semakin membaik. Hal ini terlihat dari pelayanan yang diberikan bukan hanya saat dalam perjalanan tetapi juga saat sebelum melakukan perjalanan. Kereta api, salah satu moda transportasi di Indonesia, menjadi yang pesat kemajuannya dalam pelayanan. Pelayanan yang saya maksud di sini yaitu penyediaan tiket kereta api, pembenahan stasiun, peremajaan kereta api, dan kecepatan customer service dalam menangani keluhan. Penanganan keluhan ini saya alami ketika teman saya tidak mendapat surel bukti pemesana tiket. Saya pun mencari alternatif murah dengan mengirim surel ke alamat surel PT KAI. Beberapa jam setelahnya, surel balasan pun diterima dengan kode booking yang diminta.

Hal menarik dalam pelayanan baru kereta api yaitu tersedianya pembelian tiket online. Tiket ini dapat dibeli melalui laman kereta-api.co.id, minimarket, bahkan lewat agen. Pembelian tiket via agen ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang memiliki jiwa usahawan. Setiap orang dapat menjadi agen tiket dengan cara mendaftarkan diri pada agen yang menawarkan kerja sama tersebut. Salah satu nama yang sering saya lihat karena banyaknya banner yaitu Fast Pay. Beberapa rumah membentangkan banner tersebut untuk mempermudah masyarakat melakukan pembayaran seperti listrik, air, telepon, dan kereta api. Apa bedanya dengan membayar langsung? Saya akan coba jelaskan pengalaman pertama saya menggunakan layanan Fast Pay ini untuk pembelian tiket kereta api.

Rabu malam saya kembali cek laman kereta-api.co.id untuk menilik ketersediaan tiket kereta api jurusan Gombong - Pasar Senen untuk tanggal 16 November 2014. Namun, tak ada perubahan dari sebelumnya, tiket incarana saya Sawunggalih Pagi kelas eksekutif dengan harga terjangkau sudah habis. Herannya hingga tahun depan – tanggal terbaru untuk pemesanan 3 bulan selanjutnya – juga sudah habis. Kok bisa ya? Mungkin penumpang kereta api sangat aktif untuk memesan tiket 3 bulan sebelum jadwal keberangkatan. Akhirnya, karena penasaran dengan pengalaman Ibu saya yang berhasil mendapatkan tiket kereta murah saat Lebaran padahal dalam laman resmi PT Kereta Api sudah habis, saya pun berangkat dengan harapan dapat mendapatkan tiket eksekutif yang telah habis itu.

Loket Fast Pay yang saya datangi terletak di depan rumah seorang warga. Bapak tersebut menyiapkan ruang tambahan layaknya loket untuk membeli sesuatu di halaman rumahnya. Tidak ada antrean di halaman rumahnya, hanya saya dan tante saya yang datang untuk membeli tiket. Saat itu yang melayani pembelian tiket yaitu seorang laki-laki yang mungkin anak atau saudara pemilik bisnis rumahan ini. Ia pun membuka program untuk pembelian tiket kereta api dengan saldo yang saya intip dilayar sekitar Rp560.000,00. Saya pun bergumam dalam hati, “ooh, pakai saldo juga.” Setelah memberikan informasi tentang tujuan dan jam keberangkatan, ternyata kereta api dengan kelas yang saya inginkan berstatus “habis” di layar berukuran sekitar 14 inchi itu. Karena tak enak hati keluar dengan tangan kosong, saya pun meminta dibatalkan pemesanan tiket tersebut dan mengganti dengan tiket keberangakatan dari Pasar Senen-Gombong yang sudah saya ketahui totalnya jika membeli via laman PT KAI paling tidak sebesar Rp87.500,00. Harga tersebut dengan rincian Rp80.000 harga tiket dan biaya layanan pelanggan Rp7.500,00. Saya pun bertanya biaya keseluruhan untuk mendapatkan tiket tersebut jika melalui Fast Pay dan ia langsung mengetik di kalkulator yang mengeluarkan struk. Struk itu mungkin berguna untuk meminimalisasi kelebihan biaya hitungan yang secara sengaja atau tidak sengaja dilakukan oleh orang yang bertugas untuk menjaga loket tersebut. Setelah menghitung, ia pun memberitahu total harga tiket jika langsung cetak dan dapat diambil esok harinya di loket ini sebesar Rp.127.500,00. Huow mahalnyo. Jika saya ada di dalam komik mungkin akan ada emoticon dengan tulisan “glek”! Selanjutnya, saya menanyakan biaya jika tidak langsung cetak lalu ia kembali menghitung dan bertanya oleh pemilik sesungguhnya yang terlihat menaiki tangga di dalam rumahnya. Totalnya Rp107.500,00. Hmm berkurang Rp20.000,00. Akhirnya, saya memilih untuk memesan tanpa perlu mencetak dengan alasan yang diucapkan khawatir lalai dengan tiketnya. Alasan yang tidak diucapkan tentu saja karena harganya sudah cukup mahal dibanding memesan langsung dari laman resmi PT KAI. Karena kekurangan receh, saya mendapatkan uang kembalian Rp3.000,00. Jazakumullah khair.

Sepanjang perjalanan di motor, tante saya bertanya kenapa tidak langsung mencetak. Saya pun menceritakan keadaan sesungguhnya jika memesan langsung. Dia pun mengerti kelakuan saya yang sempat membuatnya bingung. Sesampainya di rumah saya berdiskusi dengan Ibu dan bertanya tentang keanehan tiket yang bisa Ibu dapat saat lebaran padahal sumbernya sama-sama dari laman resmi PT KAI. Saya pun menceritakan yang terjadi tadi pada Ibu. Cara kerja loket Fast Pay yang tadi saya datangi yaitu ia memesan secara normal, menambahkan biaya loket yang memang bervariasi di tiap lokasi loket, dan menambahkan biaya tambahan pribadi loketnya (dalam hal ini asumsi saya keuntungan yang didapat di luar biaya listrik untuk mengoperasikan komputer dan cetak kertas bukti pembayaran. Untuk tiket yang langsung didapat keesokan harinya dilakukan dengan cara memerintahkan salah satu orang untuk mengantarkan langsung ke loket. Ya, jadi wajar saja kalau biayanya agak mahal. Sepertinya setimpal dengan biaya bensin dan badan selama perjalanan menjemput tiket di stasiun itu. Loket Fast Pay ini berguna untuk masyarakat yang jarang atau hampir tidak pernah bersentuhan dengan internet. Selain itu, Fast Pay cocok untuk yang ingin menghemat tenaga dalam mencari tempat penjualan tiket di minimarket tertentu. Namun, untuk orang-orang yang mudah dalam mengakseses internet lebih baik langsung memesan dari laman resmi PT KAI.

Jadi, memesan melalui jalur apapun ada kelebihan dan kekurangannya. Silakan memilih mana yang lebih Anda sukai. Semoga perbaikan dalam hal penjualan tiket dapat merata ke seluruh aspek pelayanan kereta api pada khususnya, pelayanan publik lain pada umumnya. Beberapa hal yang darurat untuk diperbaiki yaitu musala dan toilet di tiap stasiun. Penampakan musala di Stasiun Manggarai misalnya, membuat saya kapok untuk salat di sana. Saya lebih memilih untuk pulang agak malam ketika bekerja di daerah Depok dibanding harus salat dengan rasa tak nyaman di musala Stasiun Manggarai. Toilet pun terlihat mencekam karena laki-laki dan perempuan berada di satu lorong tanpa ada pembedaan laki-laki dan perempuan. Semakin baiknya fasilitas umum tentu akan mendorong masyarakat untuk menggunaan fasilitas tersebut. Masyarakat juga seharusnya merawat fasilitas tersebut dengan baik sehingga tercipta kenyamanan di tiap penggunanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun