Mohon tunggu...
Afris Imanuel
Afris Imanuel Mohon Tunggu... -

just a normal guy

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mencari Format Ideal Debat Pilpres

21 Juni 2009   10:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   20:02 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Debat pilpres pada putaran pertama kemarin menyisakan banyak hal yang perlu dicermati. Mulai dari mc (master of ceremony) yang dianggap kurang perlu hingga suasana debat yang dirasa begitu hambar karena tidak menyajikan tontonan yang menarik. Semua itu dianggap kurang berisi sehingga kalau tetap dipertahankan maka lebih baik tidak dilakukan karena hanya buang-buang anggaran.

Saya tidak ingin menggurui karena tentu KPU sebagai penyelenggara pemilu punya pemikiran tersendiri walaupun tidak konsisten dengan pendiriannya karena terlalu banyak berkompromi. Salah satunya adalah mengenai sesi ketiga yaitu setiap peserta pilpres diberi kesempatan untuk saling bertanya. KPU sebenarnya tidak harus melaksanakan prinsip-prinsip kompromi seperti ini karena ia seharusnya punya otoritas sebagai penyelenggara.

Sesi ketiga yang ditakutkan akan menimbulkan konflik tidak akan menjadi masalah yang berarti jika para peserta pilpres tahu mengenai manajemen konflik. Mereka sebagai calon pemimpin seharusnya siap dikritik, siap diserang, siap didebat. Bukankah itu hanya ajang debat, bukan ajang untuk menjelekkan lawan? Hal itu menimbulkan permasalahan jika pemimpin menganggap debat sebagai perang. Selesai acara debat, tidak ada acara saling berpelukan atau bersalaman penuh mesra.

Suasana yang tercipta pada debat kemarin pun terlihat begitu tegang. Hal ini terlihat dari tata panggung yang diisi dengan 3 mimbar menghadap ke arah penonton, di bagian kiri mimbar moderator. Kondisi fisik capres yang mungkin lelah karena seharian berkampanye tidak diperhitungkan. Mereka bertiga yang rata-rata berusia kepala enam, tidak diperhatikan faktor kelelahannya berdiri selama dua jam walaupun diberi kesempatan duduk selama 4 menit memanfaatkan jeda iklan. Bisa dibayangkan jika jeda iklan dihapus karena dianggap mengganggu konsentrasi. Mungkin karena KPU berpikir, toh mereka sudah lulus tes kesehatan sehingga harus siap berdiri beberapa jam.

Mengapa tidak disediakan saja sofa sehingga lebih terlihat santai tapi elegan, berwibawa. Dengan begitu, moderator yang memandu pun bisa santai tidak perlu tegang sampai susah mengatur napas seperti pada debat pertama kemarin.

Bagaimana tanggapan anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun