Tessa Ayuningtyas Sugito, seorang WNI yang tinggal di Finlandia selama 4 tahun, mengungkapkan beberapa faktor yang memicu depresi dan keinginan bunuh diri di sana.
- Rutinitas Monoton dan Kesepian: Ketika segala kebutuhan terpenuhi, rutinitas yang monoton dapat memicu kebosanan. Lingkungan individualistik dan stereotip orang Finlandia yang dingin, memperbesar potensi kesepian. Apalagi, dengan populasi yang sedikit dan jarak antar tempat tinggal yang jauh, interaksi sosial menjadi terbatas.
- Kurang Sinar Matahari dan Cuaca Dingin: Kekurangan vitamin D akibat minimnya sinar matahari dan cuaca dingin yang ekstrem (hingga -30C) dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan depresi. Hal ini mendorong banyak orang Finlandia untuk pindah ke negara dengan iklim yang lebih hangat.
- Tekanan Sosial dan Kurangnya Dukungan Sosial: Faktor lain yang berkontribusi adalah tekanan sosial dan kurangnya dukungan sosial. Budaya individualisme di Finlandia dapat membuat orang merasa terisolasi dan kesulitan untuk mencari bantuan saat mengalami masalah mental.
Konsep Kebahagiaan yang Kompleks
Jauh sebelum World Happiness Index, Bhutan dikenal sebagai negara yang bahagia berkat konsep "pengendalian diri". Kebahagiaan sejati tidak terletak pada materi, melainkan pada keselarasan antara pikiran, perkataan, dan tindakan.
Mahatma Gandhi pun mengatakan, "Kebahagiaan adalah ketika apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan berada dalam harmoni."
Posisi Indonesia dan Faktor Ketidakbahagiaan Global
Survei Ipsos Global Advisor menempatkan Indonesia di urutan ke-12 negara paling bahagia di tahun 2023, dengan persentase 79%. Tiongkok dan Saudi Arabia berada di urutan pertama dan kedua.
Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat pula faktor-faktor yang menyebabkan ketidakbahagiaan di dunia, seperti:
- Pengaruh media sosial yang memicu kecemburuan dan rasa tidak puas
- Keterbatasan waktu dan banyaknya pilihan yang menimbulkan stres
- Gangguan kesehatan mental dan fisik
- Ketidakpuasan meskipun mencapai kemakmuran
- Terlalu banyak pilihan yang membuat bingung
- Kehilangan akar budaya dan identitas
- Kemiskinan dan tunawisma
- Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
- Inflasi ekonomi
Kesimpulan
Kebahagiaan adalah sebuah konsep yang kompleks dan multidimensi. Dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia tidak berarti Finlandia luput dari masalah. Faktor-faktor seperti depresi, bunuh diri, dan tekanan sosial, masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi.