Mohon tunggu...
Afni Aryanti
Afni Aryanti Mohon Tunggu... Editor - pelajar

XII MIPA 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tertinggalnya Warga Indonesia terhadap Korea Selatan karena Minimnya Minat Literasi

25 Januari 2023   19:42 Diperbarui: 26 Januari 2023   11:22 933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan salah satu pelaku utama didalam keberlangsungan hidup baik secara individu maupun kelompok. Setiap individu atau kelompok tidak lepas dari tujuan, eksistensi tujuan ini perlu di wujudkan dengan banyak cara. Cara pertama dan yang paling penting adalah meningkatkan sumber daya manusia itu sendiri.


     Mengingat peristiwa awal kemerdekaan Indonesia jika disandingkan dengan Korea Selatan terlihat sangat jelas kesenjangan yang terjadi diantara kedua negara ini. Jarak kemerdekaan negara yang sangat dekat ini tentu menimbulkan pertanyaan, bagaimana itu bisa terjadi?.


     Hal tersebut tidak terlepas dari banyak faktor. Pada tahun 1945, Korea Selatan diperkirakan hanya 22% orang dewasa saja yang melek huruf, dan kurang dari 2% populasi terdaftar di pendidikan tinggi. Namun, sistem pendidikan di Korea Selatan kemudian mulai mengalami ekspansi yang luar biasa sejak berakhirnya Perang Korea. Pada tahun 2015, angka melek huruf atau literasi orang dewasa diperkirakan berkisar antara 98-100%. Angka ini telah menunjukkan adanya perkembangan pendidikan yang signifikan di Korea Selatan. Berdasarkan ranking rata-rata skor PISA, Korea Selatan menempati posisi ke-7 dengan skor membaca 514, matematika 526, dan sains 519. Berbeda dengan Indonesia, Berdasarkan survei yang dilakukan Program for International Student Assessment (PISA) yang di rilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara, atau merupakan 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. UNESCO menilai minat baca masyarakat Indonesia memprihatinkan dengan presentasi 0,001 persen. Ini menunjukkan adanya perbedaan yang sangat jauh dan menjadi salah satu penyebab utama ketertinggalan bangsa ini. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa Korea Selatan pada abad ke 20 itu mengalami bonus demografi. Menteri riset dan teknologi, Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi juga di tahun 2045. Sehingga hal ini harus benar-benar dimanfaatkan dengan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah memajukan SDM dengan memperbanyak literatur yang mengedukasi. Terutama dikalangan pelajar, saat ini juga disinggung soal rendahnya minat membaca. Dikutip dari salah satu jurnal lokal, banyak penyebab rendahnya minat membaca ini. Diantara penyebab tersebut adalah :
1. kurang nya komunikasi dan bimbingan terhadap anak pada usia dini.
2. fasilitas/koleksi buku bacaan di rumah ataupun ada dari beberapa sekolah yang belum memadai.
3. fasilitas HP, komputer, televisi yang belum banyak terpenuhi.


 Setiap masalah yang dirasakan masyarakat tentu harus selalu disertai solusi. Terutama masalah komunikasi dan bimbingan yang bermutu perlu ditingkatkan lagi dengan cara evaluasi diri dan menyadari kemampuan di setiap anak/individu. Masalah yang kedua terkait dengan fasilitas para pelaku hidup, disini sangat disorot kondisi sekitar. Bagaimana ketergantungan seseorang pada sesuatu seperti gadget dan yang lainnya sangat mempengaruhi. Apalagi di era digital ini, terlihat jelas kesenjangan yang ada. Jadi masalah ini harus dirasakan oleh setiap individu, agar terjalin hubungan yang baik dalam saling memenuhi kebutuhan satu sama lain dengan membantu atau lain hal yang dapat meringankan kekhawatiran ini. Hal ini juga tidak lepas dari peranan pemerintah dalam mengatur sistem pendidikan dan upaya lainnya yang bisa dilakukan oleh pemerintah.


     Bagaimana minat membaca ini sangat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat sudah tergambarkan. Suatu negara adalah gambaran sebagian masyarakatnya, dan masyarakat itu tergantung dari mindset setiap individu. Membaca adalah salah satu upaya dalam pembentukan mindset ini, jadi kebiasaan ini harus di latih sejak dini.


     SDM menjadi penentu dari sebuah kelompok besar manusia. Bonus demografi yang akan kita rasakan di masa depan jangan sampai salah sasaran. Bentuk kebiasaan yang baik dari sekarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun