Mohon tunggu...
Afni ajum Pulungan
Afni ajum Pulungan Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Hobby memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Donor Darah di Mata Masyarakat

13 Desember 2024   18:56 Diperbarui: 13 Desember 2024   18:55 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Donor Darah di Mata Masyarakat

Donor darah adalah salah satu bentuk aksi kemanusiaan yang sederhana tapi punya dampak luar biasa. Namun, di mata masyarakat, persepsi tentang donor darah masih beragam. Ada yang menganggapnya sebagai kewajiban moral untuk membantu sesama, ada pula yang masih ragu atau takut untuk mendonorkan darah karena berbagai alasan. Bagi sebagian orang, donor darah dianggap sebagai amal yang mudah dilakukan. Mereka menyadari betapa pentingnya setetes darah bagi orang lain, terutama bagi pasien yang membutuhkan transfusi seperti korban kecelakaan, pasien operasi besar, atau penderita penyakit tertentu seperti thalassemia. Mereka yang rutin mendonorkan darah sering merasa bangga karena bisa memberikan harapan hidup bagi orang lain.Namun, ada juga masyarakat yang masih punya ketakutan atau kesalahpahaman tentang donor darah. Beberapa orang khawatir donor darah bisa bikin tubuh jadi lemas, kehilangan tenaga, atau bahkan sakit. Padahal, secara medis, donor darah itu aman jika dilakukan sesuai prosedur dan oleh orang yang sehat. Bahkan, donor darah secara rutin bisa memberikan manfaat kesehatan, seperti memperbaiki sirkulasi darah dan menurunkan risiko penyakit jantung.

Selain itu, ada juga yang merasa donor darah bukan prioritas karena mereka tidak melihat dampak langsung dari aksi tersebut. Mereka berpikir, "Biar saja orang lain yang donor, kan banyak yang lebih muda atau lebih sehat." Pandangan seperti ini sering muncul karena kurangnya pemahaman tentang betapa besarnya kebutuhan darah setiap harinya. Faktanya, stok darah sering kali tidak mencukupi, terutama di saat-saat kritis seperti bencana alam atau wabah penyakit.Di sisi lain, budaya gotong royong yang kuat di masyarakat Indonesia juga berperan besar dalam mendorong partisipasi donor darah. Banyak yang mau mendonorkan darahnya saat ada acara donor massal di kantor, kampus, atau komunitas. Hal ini menunjukkan bahwa ketika diberi informasi dan kesempatan, masyarakat sebenarnya punya semangat membantu yang tinggi.

Namun, tantangannya adalah meningkatkan kesadaran dan menghilangkan stigma negatif tentang donor darah. Edukasi harus terus digencarkan, baik melalui kampanye di media sosial, seminar kesehatan, maupun kegiatan langsung di lapangan. Cerita-cerita inspiratif dari para pendonor dan penerima manfaat juga perlu disebarkan untuk menunjukkan betapa besar dampak dari aksi kecil ini.Dan donor darah sebenarnya bukan hanya soal membantu orang lain, tapi juga soal membangun kebiasaan peduli dalam masyarakat. Dengan menyumbangkan darah, kita tidak hanya menyelamatkan nyawa, tapi juga menanamkan nilai-nilai solidaritas dan empati. Jadi, semoga ke depannya, semakin banyak orang yang melihat donor darah sebagai sesuatu yang positif dan berharga, bukan sebagai sesuatu yang menakutkan atau merepotkan. Dengan begitu, kita bisa bersama-sama memastikan bahwa tidak ada nyawa yang hilang hanya karena kekurangan darah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun