Fundamentalisme Islam adalah gerakan yang ingin mengembalikan ajaran Islam ke bentuk aslinya, menekankan pemahaman literal terhadap teks agama dan menolak modernisasi atau sekularisasi.Â
Secara ideologis, fundamentalisme ini cenderung menolak nilai-nilai Barat, mengusung praktik keislaman yang lebih konservatif, dan sering muncul sebagai respons terhadap tantangan global serta perubahan budaya yang dibawa oleh globalisasi dan modernisasi.
Media berperan besar dalam mendistribusikan ide-ide fundamentalisme Islam. Internet, televisi, dan media sosial memungkinkan pesan-pesan fundamentalis dapat diakses secara luas, terutama oleh kaum muda yang belum memiliki pemahaman yang dalam terhadap sejarah atau nilai-nilai di balik ideologi tersebut.
 Dalam banyak kasus, media memperluas jangkauan kelompok-kelompok fundamentalis, baik melalui propaganda langsung maupun melalui liputan insiden yang melibatkan kelompok ekstremis.
Media sosial, misalnya, sering kali menjadi sarana utama penyebaran propaganda dengan konten visual dan narasi menarik yang mudah mempengaruhi psikologi audiens. Pendekatan yang sederhana dan praktis memungkinkan kaum fundamentalis membangun koneksi dengan audiens, terutama melalui gambar dan video yang memperkuat pesan mereka.
Fundamentalisme yang tersebar melalui media sangat berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap Islam. Media dapat memperkuat stereotip bahwa fundamentalisme adalah bentuk keislaman yang utama, yang pada akhirnya merusak citra Islam secara global.
 Terlebih lagi, paparan ide-ide ekstremis bisa memicu beberapa orang untuk mendukung tindakan radikal atau bahkan bergabung dengan kelompok yang memiliki pendekatan kekerasan.
Di sisi lain, sebagian masyarakat menanggapi hal ini dengan munculnya Islamofobia atau kebencian terhadap Islam secara umum. Media arus utama terkadang memperkuat persepsi ini dengan menyoroti ekstremisme Islam tanpa memberikan konteks yang lebih mendalam, sehingga dapat memperburuk kesalahpahaman di masyarakat.
Pengaruh penyebaran gagasan fundamentalis melalui media sangat beragam. Beberapa orang, terutama yang memiliki pandangan konservatif, mungkin merasa terinspirasi untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan pemahaman Islam yang ketat.Â
Namun, bagi yang lain, fundamentalisme ini dapat memicu konflik sosial, diskriminasi, dan kekerasan, yang sering disebabkan oleh pandangan yang menolak keberagaman dalam interpretasi agama dan hanya menganggap pemahaman mereka yang benar.