Sejalan dengan konsep Persatuan Energi, prosedur tata kelola baru diusulkan untuk memastikan bahwa rencana energi terbarukan nasional dan efisiensi energi serta strategi UE secara keseluruhan  dikembangkan sebagai bagian yang saling terkait.Â
Salah satu negara percontohan Uni Eropa adalah Denmark. Berdasarkan pemeringkatan SGI dan TPI tahun 2020, Denmark dinilai berhasil merancang dan menerapkan kebijakan lingkungan yang ambisius serta menduduki peringkat pemimpin transformasi. Dalam kasus Denmark, permasalahannya adalah penerapan arahan dan keputusan Uni Eropa mengenai langkah-langkah untuk memerangi ancaman pemanasan global.Â
Denmark telah mendirikan tiga lembaga di bawah Kementerian Lingkungan Hidup. Tugas utamanya adalah mengembangkan langkah-langkah yang secara khusus memerangi ancaman pemanasan global. Hal ini merupakan bukti yang dapat menunjukkan komitmen Uni Eropa melalui kinerja internalnya terkait pelaksanaan COP-26 di Uni Eropa.
Dalam Conference of the Parties ke-26, yang diadakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Uni Eropa berkesempatan menjadi tuan rumah dimana konferensi ini berlangsung di Glasgow, Skotlandia, dari tanggal 31 Oktober hingga 12 November 2021 dan dihadiri oleh 197 negara yang terlibat dalam upaya global untuk menangani perubahan iklim.Â
Hal ini bertujuan untuk mempersempit kesenjangan antar komitmen negara. Selain itu bagi Uni Eropa, COP-26  penting untuk memperbarui dan menegaskan kembali komitmen Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global  di bawah 20 derajat celcius dan menetapkan target yang lebih matang.Â
Di antara diplomat senior yang menangani masalah iklim ini adalah Josep Borrell, beliau menjabat sebagai Perwakilan Tinggi Eropa untuk Urusan Luar Negeri. Josep Borrell bekerja sama dengan Komisi Eropa dan negara-negara anggota UE yang diminta untuk meningkatkan diplomasi iklim yang ada dan menetapkan target yang lebih ambisius.Â
Kebijakan baru yang dinegosiasikan oleh negara-negara UE dan Parlemen Eropa telah dibuat untuk mengurangi emisi. Salah satunya yaitu, penetapan tarif perbatasan karbon pertama di dunia yang membedakan tarif emisi polutan yang diimpor ke Uni Eropa.Â
Ketentuan ini menimbulkan kegelisahan dan keterkejutan dunia internasional terhadap beberapa negara besar seperti Rusia dan China. Pada COP-26 ini, Uni Eropa juga telah melakukan hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat untuk mengurangi emisi gas metana.
Kesimpulannya, permasalahan iklim bukan sekedar peristiwa biasa. Perubahan iklim dunia menjadi permasalahan yang semakin serius hingga saat ini. Melalui koordinasi yang efektif  dan pendekatan terpadu di antara negara-negara anggotanya, Uni Eropa sebagai lembaga supranasional, telah membuktikan bahwa mereka dapat menjadi kekuatan perubahan dalam mengatasi permasalahan global secara bersama-sama.Â
Keberhasilan diplomasi lingkungan hidup Uni Eropa dalam beberapa perjanjian global, seperti Perjanjian Paris yang mencerminkan komitmen  berkelanjutan Uni Eropa untuk memainkan peran utama dalam upaya global untuk melindungi lingkungan dan memerangi perubahan iklim.Â
Dengan begitu, hal ini dapat mendorong transisi menuju ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan, yang pada akhirnya akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dunia.