Kita tak dapat memungkiri lagi dijaman yang telah berkembang seperti ini, memang sangat dibutuhkan berfikir kritis, kreatif, dan problem solver. Namun menjadikan anak didik menjadi siswa yang berpikir kritis, kreatif, dan problem solver tidaklah mudah. Sebelum kita melangkah lebih jauh, sebenarnya apa itu berpikir? Alangkah lucunya jika kita mau tau apa itu berpikir kritis akan tetapi kita tidak memahami makna dari berpikir itu sendiri. Berpikir adalah suatu cara atau usaha yang dilakukan seseorang untuk menelaah informasi yang telah ia dapatkan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Pemahaman itu sendiri dapat berupa pengambilan keputusan, mengambil kesimpulan, memecahkan masalah yang ada dan lain sebagainya tergantung tujuan orang yang sedang berpikir.
Berpikir kritis merupakan suatu proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi untuk membentuk sebuah penilaian berdasarkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya sendiri. Berpikir kritis akan membuat siswa dapat mempelajari masalah secara sistematis, menghadapi segala tantangan dengan cara yang terorganisir, merumuskan pertanyaan-pertanyaan secara inovatif, dan merancang solusi yang orisinil.Lau untuk menjadikan anak menjadi kritia sibutuhkan pembelajaran yang kritis. Pembelajaran kritis merupakan proses dimana pendidik membantu anak untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang nyata secara kritis. Untuk menjadikan anak kritis diperlukan semangat konsientisasi, proses dimana manusia berpartisipasi secara kritis dalam aksi perubahan. Pembelajaran berperan untuk mengantarkan anak agar mencapai kesadaran kritis, meliputi proses mengetahui, merumuskan masalah, menentukan keputusan, dan menidentifikasi perkiraan-perkiraan.
Selanjutnya adalah berpikir kreatif. Kreatif itu sendiri berarti dapat memunculkan suatu yang baru. Jadi berpikir kreatif dapat diartikan suatu proses mental untuk menelaah informasi yang telah didapat guna memunculkan suatu yang baru. Jadi anak kreatif adalah anak yang mampu menghasilkan suatu yang baru. Untuk memicu anak menjadi kreatif dapat dilakukan dengan memberikan stimulasi pada anak sehingga terjadi proses pembelajaran yang berpusat pada anak. Biarkan anak dengan bebas melakukan kegiatannya dengan caranya sendiri dan menguraikan pengalamannya sendiri berdasarkan stimulus yang telah diberikan. Bebaskan daya kreatif anak dengan membiarkan anak menuangkan imajinasinya secara penuh. Suatu cara yang mampu meningkatkan kreativitas anak adalah dengan membebaskan anak menuangkan isi pikirannya secara bebas dan jangan terlalu sering melarang anak untuk berbuat suatu hal yang baru.
Lalu menjadikan anak problem solver. Problem solver itu sendiri berarti proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah. Alangkah mudahnya kita mengajar jika anak didik kita sudah menjadi anak yang problem solver. Untuk menjadikan anak problem solver dapat dilakukan dengan kegiatan memberikan stimulus berupa masalah-maslah yang perlu diselesaikan kemudian memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami nilai dan untuk bekerja sama untuk mengkolaborasikan ide-ide mereka.
Tori hemisphere adalah teori yang menjelaskan tentang belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Belahan otak kanan lebih menekankan pada kreativitas seperti proses dan penyimpanan informasi tentang gambar, imajinasi, warna, ritme, dan ruang. Dalam kerjanya otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik. . Sedangkan otak kiri berperan dalam kegiatan kognitif dan bersifat logis, sekuensial, linier, dan rasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H