Tadi pagi aku pergi ke sebuah tempat. Tempatnya sangat luas, aku duduk di salah satu kursi panjang di sana. Aku tersenyum. Mencoba mengingat sesuatu yang sangat berharga bagiku.Â
Jika kamu bertanya. "Kenapa kau ke sana?"
Pastinya, untuk mengingat kembali kenangan kita yang sempat terjadi dulu.Â
Kamu ingat? Kita pernah tertawa selepas angin di sini? Saat itu, bahkan ada seorang Bapak-bapak yang menegurmu karena terusik dengan suara kita.
Lalu, hujan. Dulu, kita senang menikmati turunnya hujan di taman ini. Berlari sembari menerobos hujan, menikmati setiap rintiknya, lalu saat hujan berhenti dan pakaian sudah basah kuyup. Kita bergandengan tangan, menyatukan langkah dan berjalan di atas air yang menggenang.
Indahnya masa-masa itu. Kamu, menggendongku saat aku mulai merasa lelah karena seharian berlari di sana. Aku menyukai hujan, menyukai taman ini dan menyukai kamu.
Lalu, saat aku membuka mataku, aku tersadar. Itu hanyalah sebuah kilasan balik. Hanya ada dalam ingatanku, bukan kenyataannya.Â
Saat aku berdiri dan berniat pergi meninggalkan tempat ini, sorot mataku menangkap seorang pria, pria dengan senyum paling indah yang pernah kuluhat. Pria yang merupakan tujuan utamaku untuk ke sini.
Ia juga menatapku. Lalu tak lama ia beralih menatap perempuan di sampingnya. Aku hanya bisa menghela. Semuanya terasa begitu asing sekarang, seolah kita tak pernah saling kenal sebelumnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H